Minggu, 28 Mei 2017

Aktifitas Pengabdian Desa

Aktifitas Kelas Perekonomian Indonesia/AE pada saat Pengabdian Desa di Dusun Borosumbersari (UB Forest)
Perkenalkan, nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017, saya sangat senang sekali untuk mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar (UB Forest).

Hari pertama (19 Mei 2017), pada saat hari jumat tepatnya pukul 15.00 kami berkumpul di dekat gedung samantha krida untuk meeting point untuk keberangkatan ke UB Forest. Setelah adzan ashar dan teman-teman sudah melaksanakan shalat di masjid raden patah UB, tepatnya pada pukul 16.00 kami berangkat menuju UB forest berangkat dengan menggunakan angkot. Tiba disana sekitar pukul 17.00 dan langitpun sudah mulai gelap dan tandanya waktu maghrib akan tiba, dan teman-teman segera melakukan ibadah shalat maghrib di mushala di desa tersebut teatnya di dekat rumah pak RT dari desa tersebut. Setelah shalat maghrib kami berkumpul dahulu untuk membagi-bagi siapa saja yang tinggal dirumah 1-11 yang sebelumnya sudah meminta izin untuk rumah tersebut dapat ditinggalin untuk teman- teman melakukan penelitian selama 2 hari. Setelah itu kamipun berpencar dan pergi ke rumah masing-masing sesuai pembagian tadi sore. Saya satu rumah dengan teman saya yang bernama fadil, agus lalu kami mengajak ngobrol dengan pemilik rumah yang kami tinggalin. Kebetulan orang yang kami tinggalin sudah sangat tua sekali, beliau bernama bapak kasmat, beliau memiliki semangat hidup yang sangat tinggi karena diumur yang sudah berumur beliau masih semangat untuk bekerja dan sebenarnya pekerjaan tersebut sangatlah berat bagi umur bapak kasmat tersebut. Setelah ngobrol-ngobrol sedikit waktu isyapun datang lalu kami bergegas untuk menuju ke mushala kembali untuk melakukan shalat isya berjamaah.Kemudian setelah shalat isya kami semua bertemu dan ngobrol” dengan ketua RT serta perwakilan dari warga desa tersebut mengenai keadaan desa tersebut. Bapak ketua RT tersebut sangat senang karena kami mau untuk berkunjung ke desa UB Forest untuk melakukan penelitian dan juga melihat potensi-potensi apa saja yang sangat baik di wilayah tersebut. Setelah itu ibu dosen kami ibu Yenny Kornitasari memberikan kata sambutan dan ucapan terimakasih kepada warga desa tersebut karena mau menerima anak anak kelas perekonomian indonesia dengan senang hati. Malam semakin gelap dan waktu untuk ngobrol disudahi dan kami pun kembali ke rumah inang masing-masing untuk segera beristirahat dan melanjutkan kegiatan untuk besok hari. Kami pun segera balik ke rumah bapak kasmat dan sesampainya dirumah kami bertiga (agus,fadil,rafid) tidak langsung beristirahat karena inang kami sedang sibuk menyiapkan jualan sayur untuk besok pagi dan sayur yang disiapkan untuk besok pagi masih banyak yang belum disiapkan, lalu kami bertiga berinisiatif untuk membantu inang kami agar cepat istirahat dan bisa berjualan besok pagi. Percakapan dimulai ternyata sehari-hari pekerjaan inang kami adalah penjual sayur di pasar karangploso yang setiap harinya dijual dari pukul 06.00 – 18.00 dan setelah jualan habis, pada saat malam hari Ibu langsung menyiapkan dagangan buat besok paginya, waktu tidur dari inang kami bisa dibilang sangatlah minim dan inang kamis sudah sangat berumur dan seharusnya untuk beristirahat dirumah saja. Bagaimana lagi semua itu karena permasalahan ekonomi yang dialami oleh keluarga inang kami. Setelah sayur sudah selesai disiapkan untuk jualan kami bertiga disuruh untuk beristirahat oleh inang kami karena waktunya untuk tidur.

Hari Kedua (20 Mei 2017), Setelah semalam kami tidur waktunya bangun dan bergegas untuk pergi ke mushala dan segera melakukan ibadah shalat shubuh dengan warga desa tersebut dan juga teman-teman kelas perekonomian indonesia juga. Setelah shalat subuh selesai kami pun ngobrol-ngobrol di mushala tersebut sampai pukul 06.00 kami lekas kembali ke rumah inang kami (agus fadil,rafid) untuk membantu apa saja yang dilakukan oleh inang kami. Dan pada saat pukul 07.00 bapak kasmat telah bangun dari tidurnya dan minum kopi bareng di ruang tamu, sampai pukul 09.00 ngobrol-ngobrol tentang permasalahan-permasalahan yang ada pada desa borosumbersari tersebut. Bapak kasmat bercerita banyak tentang desa ini bahwa dulu tanaman yang pertama kali ditanamkan di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang) dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya (7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya (6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari. Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest. Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki 5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan hidup. Setelah bapak kasmat ngobrol panjang bapak kasmat didatangin oleh ketiga mahasiswa dari fakultas pertanian yang ingin mewawancarai bapak kasmat pada pukul 09.30 nanti, kata bapak kasmat kepada ketiga anak dari fakultas pertanian tersebut iya nak nanti bapak akan datang ke gazebo di deket lapangan atas, ungkap si bapak. Dan kami pun ditawarin untuk mengikuti kegiatan bapak kasmat pada saat siang hari itu. Setibanya di gazebo lapangan atas UB Forest bapak itu didatangin oleh 10 mahasiswa dari fakultas pertanian yang ingin mewawancari bapak kasmat mengenai permasalahan yang ada didesa tersbut, petani di desa ini sedang menanam tanaman apa, berapa hasil dari pertanian di desa ini, dan lain-lain. Wawancara tersebut berlangsung hingga pukul 13.00, tidak sampai pukul 13.00 kami memutuskan untuk pulang duluan karena ingin melakukan ibadah shalat dzuhur dengan warga desa tersebut serta teman-teman perekonomian indonesia. Setelah melakukan ibadah shalat dzuhur kami beristirahat ngobrol-ngobrol di mushala dan segera mempersiapkan buat kegiatan game dengan anak-anak kecil di desa tersebut Kegiatan Game dimulai pada saat pukul 15.30 tepat setelah shalat ashar selesai, kegiatan gamepun dimulai game tersebut sangat macam-macam yaitu, 1. Lomba memasukkan pensil kedalam botol, 2. Lomba makan kerupuk, 3. Lomba mengambil karet dengan mulut dengan bantuan sedotan, dan masih banyak lagi gamenya. Semua anak-anak sangat terhibur dengan adanya game yang dibuat oleh teman-teman kelas perekonomian indonesia stelah lomba diberikan hadiah-hadiah yang menarik dan insyaAllah berguna untuk kebutuhan sekolah dari adik-adik semuanya. Setelah game ada abang-abang bakso lewat lalu teman-teman memutuskan untuk makan bakso bareng-bareng dan abang baksonya sangat senang karena dagangannya habis. Setelah makan kami bertigapun segera pulang untuk mandi karena langit sudah mau gelap. Setelah itu tibalah waktu maghrib dan kami segera menuju ke mushala tersebut. Setalah shalat maghrib selesai akan ada malam ramah tamah (Tasyakuran) bersama semua warga desa tersebut. Acara tersbut sekaligus ucapan terimakasih kami kepada semua warga desa yang mau menerima kami dan mengajarkan kami tentang kehidupan yang ada didesa tersebut. Setalah acara itu selesai dilanjutkan untuk shalat Isya bersama dan doa bersama untuk kemajuan desa tersebut agar nantinya desa tersebut dapat lebih maju kedepannya dan perekonomian juga makin baik kedepannya. Setelah acara itu selesai teman-teman sekelas tidak langsung balik kerumah inangnya masing-masing. Kami semua membentuk lingkaran dan membahas cerita apa saja yang didapatkan teman-teman dari masing-masing inangnya. Intinya semua adalah permasalahan-permasalahan yang ada didesa tersebut. Dan semua permasalahan itu belum ada solusinya kami membahas sampai pukul 23.30 dan waktu sudah larut malam kami pun menghentikan pembahasan pada malam itu dan kami semua segera pulang ke rumah inangnya masing-masing untuk segera beristirahat.

Hari Ketiga (21 Mei 2017), waktu sudah pagi dan waktunya untuk shalat subuh kami bertiga segera pergi ke mushala untuk ibadah shalat shubuh.setelah shalat subuh kami pulang kerumah untuk mebantu bersih-bersih rumah di rumah bapak kasmat, dan kami juga beres-beres karena hari itu adalah hari terakhir pengabdian desa. Kami setelah bersih-bersih dirumah inang kami, kami mengajak ngobrol dengan bapk kasmat serta ibu danis (nama pemilik rumah) .kami bertiga juga telah disiapkan makan pagi yang mengingatkan dengan masakan mama dikampung halaman masing-masing. Sampai pukul 10.00 kami harus pergi ke mushala untuk membagi-bagikan sembako untuk semua warga desa tersebut. Sekaligus kami bertiga pamit dan mengucapkan banyak terima kasih dan foto bareng dengan pemilik rumah. Setelah itu kami membagi-bagikan paket sembako ke semua warga desa tersebut, setelah bagi-bagi sembako, teman-teman foto bareng dan berdoa bareng untuk pulang ke malang tepat pada pukul 12.30 dan sampai di UB pada pukul 13.00. setelah itu besoknya seperti biasa harus melakukan kegiatan kuliah kembali seperti biasa. Mungkin seperti itu cerita dari pengabdian desa yang dilakukan pada tanggal 19-21 Mei 2017 yang sangat seru, Saya pribadi sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Rafid Adhi Pramana

155020101111023 / EP 2015

Perekonomian Indonesia / AE

Minggu, 21 Mei 2017

Pengabdian Desa di Dusun Borosumbersari (UB Forest)

Studi Kasus: Permasalahan antara Kopi dan Pohon Pinus yang Berdampak Terhadap Perekonomian Desa Tersebut
Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan, nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017, saya sangat sekali mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar (UB Forest). Didesa tersebut semua mahasiswa sangat senang sekali dengan desa tersebut, selain memiliki pemandangan gunung serta alam yang menarik disana juga terdapat tanaman – tanaman yang seharusnya sebagai mata pencaharian mereka namun faktanya sebagai titik permasalahan yang ada di desa tersebut. Pada saat di desa kegiatan kami tidak hanya melakukan kerja bakti,bakti sosial, tasyakuran bersama warga, dan membantu pemilik rumah untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Namun di desa tersebut kami juga menemui anak-anak dari fakultas lain yang sedang mewawancarai petani yang bekerja di desa tersebut dan kami juga menelusuri apa saja yang menjadi permasalahan yang seharusnya harus segera diselesaikan, karena jika tidak diselesaikan segera akan menjadi beban dan semua warga daerah tersebut mengalami penindasan/kemiskinan secara terus – menerus.

Menurut cerita dari salah satu warga desa dan juga bapak tersebut adalah orang yang dimana rumahnya kami (agus,fadil,rafid) tinggal, sebut saja Beliau adalah bapak kasmat yang dulunya juga pernah menjadi ketua RT desa didaerah tersebut. Bapak kasmat menceritakan bahwa dulunya didaerah ini, tanaman yang pertama kali ditanamkan di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang) dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya (7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya (6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari. Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest. Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki 5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan hidup. Setelah kami melakukan penelitian tentang perokonomian serta masalah-masalah yang ada di desa tersebut kami akan memberitahukan ke pihak rektorat untuk menindaklanjuti dari masalah yang cukup besar ini karena jika tidak akan memberikan dampak yang negatif terhadap warga desa tersebut. Saya pribadi sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
Berikut ini adalah dokumentasi saya selama berada di UB Forest bersama warga desa sekitar, teman-teman, pemilik rumah yang saya tinggalin, kondisi desa disana, dan potret kehidupan yang terjadi di desa tersebut:
foto diatas mengambarkan keadaan desa UB Forest

Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE
*Foto: bapak kasmat sebagai pemilik rumah yang kami tinggalin (agus, fadil,rafid)
*Foto: pemberian sembako kepada pemilik rumah (bapak kasmat)
*Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE (Setelah itu langsung balik ke malang)


Berikut adalah laporan pengabdian desa yang kami lakukan pada tanggal 19-21 mei 2017 semoga suatu saat nanti dapat kembali lagi ke desa tersebut dengan pembangunan desa yang lebih baik lagi dari sebelumnya, aminnn.

Rafid Adhi Pramana
Perekonomian Indonesia / AE
155020101111023 / EP 2015

Jumat, 05 Mei 2017

Literasi Keuangan

Literasi Keuangan


Apakah Literasi Keuangan itu?

Literasi Keuangan adalah kemampuan untuk memahami pengetahuan serta keterampilan untuk mengelola sumber daya keuangan untuk mencapai kesejahteraan.Menurut OJK literasi keuangan adalah rangkain proses atau aktivitasuntuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik. Pada pasal 28 disitu dijelaskan bahwa OJK Berwenang memberikan informasi dan edukasi kepada masyaraat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan dan produknya.Strategi nasional literasi keuangan indonesia secara resmi diresmikan pada tanggal 19 november 2013. Dan menjadi pedoman bagi seluruh otoritas keuangan, lembaga jasa keuangan dan para stakeholdersnya.
Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) yang dalam hal ini terdiri dari Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank Kustodian,DanaPensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan,Perusahaan gadai, dan perusahaan penjaminan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah wajib menyelenggarakan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan kepada konsumen dan atau masyarakat.
Secara yang kita tahu telah ada peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas jasa keuangan mengenai Surat Edaran nomor 1/SEOJK.07/2014 tanggal 14 Feb 2014 tentang Pelaksanaan Edukasi dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan kepada Konsumen dan/atau Masyarakat yang mulai berlaku sejak 6 Agustus 2014.
v . Rencana edukasi literasi paling kurang mencakup:
1.   penetapan program kerja Edukasi sesuai dengan sasaran, strategi dan kebijakan PUJK;
2.   evaluasi pelaksanaan rencana Edukasi periode sebelumnya;
3.   penetapan kebutuhan biaya dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan rencana Edukasi.

v Pihak PUJK juga diwajibkan melakukan evaluasi atas pelaksanaan rencana edukasi tersebut, yang mencakup:
1.   perbandingan rencana Edukasi sebelumnya dengan realisasi pada setiap tahun;
2.   pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan hal-hal yang belum tercapai (jika ada) termasuk penjelasannya;
3.   pelaksanaan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan; dan kendala yang dihadapi dan upaya-upaya pemecahan masalah yang dilakukan.
v Pelaksanaan Edukasi berdasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.   Inklusif
         Literasi Keuangan harus mencakup semua golongan masyarakat.
2.   Sistematis dan terukur
Literasi Keuangan disampaikan secara terprogram, mudah dipahami, sederhana, dan pencapaiannya dapat diukur.
3.   Kemudahan akses
Layanan dan informasi keuangan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan mudah diakses.
4.   Kolaborasi
Yang dimaksud dengan kolaborasi adalah melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara bersama-sama dalam mengimplementasikan Literasi Keuangan.

Perlu diketahui bahwa Pelaksanaan Edukasi kepada Konsumen dan/atau masyarakat disesuaikan dengan kemampuan dari PUJK. Pelaksanaan Edukasi tidak mencakup pemasaran produk dan/atau layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh PUJK. Edukasi dititikberatkan untuk menginformasikan fitur dasar produk dan/atau layanan jasa keuangan termasuk memberikan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan manfaat, biaya dan risiko. Kegiatan yang berupa pemberian bantuan sosial yang bersifat charity dapat merupakan pelaksanaan Edukasi apabila kegiatan tersebut dilakukan berkesinambungan dan dilaksanakan monitoring secara berkala.

RAFID ADHI PRAMANA/ EP 2015
155020101111023
PEREKONOMIAN INDONESIA / AE