Minggu, 21 Mei 2017

Pengabdian Desa di Dusun Borosumbersari (UB Forest)

Studi Kasus: Permasalahan antara Kopi dan Pohon Pinus yang Berdampak Terhadap Perekonomian Desa Tersebut
Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan, nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017, saya sangat sekali mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar (UB Forest). Didesa tersebut semua mahasiswa sangat senang sekali dengan desa tersebut, selain memiliki pemandangan gunung serta alam yang menarik disana juga terdapat tanaman – tanaman yang seharusnya sebagai mata pencaharian mereka namun faktanya sebagai titik permasalahan yang ada di desa tersebut. Pada saat di desa kegiatan kami tidak hanya melakukan kerja bakti,bakti sosial, tasyakuran bersama warga, dan membantu pemilik rumah untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Namun di desa tersebut kami juga menemui anak-anak dari fakultas lain yang sedang mewawancarai petani yang bekerja di desa tersebut dan kami juga menelusuri apa saja yang menjadi permasalahan yang seharusnya harus segera diselesaikan, karena jika tidak diselesaikan segera akan menjadi beban dan semua warga daerah tersebut mengalami penindasan/kemiskinan secara terus – menerus.

Menurut cerita dari salah satu warga desa dan juga bapak tersebut adalah orang yang dimana rumahnya kami (agus,fadil,rafid) tinggal, sebut saja Beliau adalah bapak kasmat yang dulunya juga pernah menjadi ketua RT desa didaerah tersebut. Bapak kasmat menceritakan bahwa dulunya didaerah ini, tanaman yang pertama kali ditanamkan di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang) dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya (7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya (6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari. Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest. Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki 5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan hidup. Setelah kami melakukan penelitian tentang perokonomian serta masalah-masalah yang ada di desa tersebut kami akan memberitahukan ke pihak rektorat untuk menindaklanjuti dari masalah yang cukup besar ini karena jika tidak akan memberikan dampak yang negatif terhadap warga desa tersebut. Saya pribadi sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
Berikut ini adalah dokumentasi saya selama berada di UB Forest bersama warga desa sekitar, teman-teman, pemilik rumah yang saya tinggalin, kondisi desa disana, dan potret kehidupan yang terjadi di desa tersebut:
foto diatas mengambarkan keadaan desa UB Forest

Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE
*Foto: bapak kasmat sebagai pemilik rumah yang kami tinggalin (agus, fadil,rafid)
*Foto: pemberian sembako kepada pemilik rumah (bapak kasmat)
*Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE (Setelah itu langsung balik ke malang)


Berikut adalah laporan pengabdian desa yang kami lakukan pada tanggal 19-21 mei 2017 semoga suatu saat nanti dapat kembali lagi ke desa tersebut dengan pembangunan desa yang lebih baik lagi dari sebelumnya, aminnn.

Rafid Adhi Pramana
Perekonomian Indonesia / AE
155020101111023 / EP 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar