Studi
Kasus: Permasalahan antara Kopi dan Pohon Pinus yang Berdampak Terhadap
Perekonomian Desa Tersebut
Assalamualaikum
wr.wb
Perkenalkan,
nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat
ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti
pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017,
saya sangat sekali mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny
Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta
mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh
warga sekitar (UB Forest). Didesa tersebut semua mahasiswa sangat senang sekali
dengan desa tersebut, selain memiliki pemandangan gunung serta alam yang
menarik disana juga terdapat tanaman – tanaman yang seharusnya sebagai mata
pencaharian mereka namun faktanya sebagai titik permasalahan yang ada di desa
tersebut. Pada saat di desa kegiatan kami tidak hanya melakukan kerja bakti,bakti
sosial, tasyakuran bersama warga, dan membantu pemilik rumah untuk melakukan
kegiatan sehari-harinya. Namun di desa tersebut kami juga menemui anak-anak
dari fakultas lain yang sedang mewawancarai petani yang bekerja di desa
tersebut dan kami juga menelusuri apa saja yang menjadi permasalahan yang
seharusnya harus segera diselesaikan, karena jika tidak diselesaikan segera
akan menjadi beban dan semua warga daerah tersebut mengalami
penindasan/kemiskinan secara terus – menerus.
Menurut
cerita dari salah satu warga desa dan juga bapak tersebut adalah orang yang
dimana rumahnya kami (agus,fadil,rafid) tinggal, sebut saja Beliau adalah bapak
kasmat yang dulunya juga pernah menjadi ketua RT desa didaerah tersebut. Bapak kasmat
menceritakan bahwa dulunya didaerah ini, tanaman yang pertama kali ditanamkan
di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang)
dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada
penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang
dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh
pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman
kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan
penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan
belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB
bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari
kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya
(7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya
(6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah
perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang
Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat
ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya
bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang
dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil
kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari.
Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest
karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain
tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk
memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi
uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa
dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu
dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest.
Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan
hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah
itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih
merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah
masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki
5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi
daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para
warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari
air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut
ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila
jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan
air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari
pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari
luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan
pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata
pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada
didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi
dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari
informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi
yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada
hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan
pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan
hidup. Setelah kami melakukan penelitian tentang perokonomian serta masalah-masalah
yang ada di desa tersebut kami akan memberitahukan ke pihak rektorat untuk
menindaklanjuti dari masalah yang cukup besar ini karena jika tidak akan
memberikan dampak yang negatif terhadap warga desa tersebut. Saya pribadi
sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan
ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan
dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah
diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah
diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti
dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih
diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke
UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan
yang terjadi di desa tersebut.
Berikut
ini adalah dokumentasi saya selama berada di UB Forest bersama warga desa
sekitar, teman-teman, pemilik rumah yang saya tinggalin, kondisi desa disana,
dan potret kehidupan yang terjadi di desa tersebut:
foto diatas mengambarkan keadaan desa UB Forest
Foto:
bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE
*Foto:
bapak kasmat sebagai pemilik rumah yang kami tinggalin (agus, fadil,rafid)
*Foto:
pemberian sembako kepada pemilik rumah (bapak kasmat)
*Foto: bersama satu kelas Perekonomian
Indonesia/AE (Setelah itu langsung balik ke malang)
Berikut
adalah laporan pengabdian desa yang kami lakukan pada tanggal 19-21 mei 2017
semoga suatu saat nanti dapat kembali lagi ke desa tersebut dengan pembangunan
desa yang lebih baik lagi dari sebelumnya, aminnn.
Rafid Adhi Pramana
Perekonomian Indonesia / AE
155020101111023 / EP 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar