Minggu, 28 Mei 2017

Aktifitas Pengabdian Desa

Aktifitas Kelas Perekonomian Indonesia/AE pada saat Pengabdian Desa di Dusun Borosumbersari (UB Forest)
Perkenalkan, nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017, saya sangat senang sekali untuk mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar (UB Forest).

Hari pertama (19 Mei 2017), pada saat hari jumat tepatnya pukul 15.00 kami berkumpul di dekat gedung samantha krida untuk meeting point untuk keberangkatan ke UB Forest. Setelah adzan ashar dan teman-teman sudah melaksanakan shalat di masjid raden patah UB, tepatnya pada pukul 16.00 kami berangkat menuju UB forest berangkat dengan menggunakan angkot. Tiba disana sekitar pukul 17.00 dan langitpun sudah mulai gelap dan tandanya waktu maghrib akan tiba, dan teman-teman segera melakukan ibadah shalat maghrib di mushala di desa tersebut teatnya di dekat rumah pak RT dari desa tersebut. Setelah shalat maghrib kami berkumpul dahulu untuk membagi-bagi siapa saja yang tinggal dirumah 1-11 yang sebelumnya sudah meminta izin untuk rumah tersebut dapat ditinggalin untuk teman- teman melakukan penelitian selama 2 hari. Setelah itu kamipun berpencar dan pergi ke rumah masing-masing sesuai pembagian tadi sore. Saya satu rumah dengan teman saya yang bernama fadil, agus lalu kami mengajak ngobrol dengan pemilik rumah yang kami tinggalin. Kebetulan orang yang kami tinggalin sudah sangat tua sekali, beliau bernama bapak kasmat, beliau memiliki semangat hidup yang sangat tinggi karena diumur yang sudah berumur beliau masih semangat untuk bekerja dan sebenarnya pekerjaan tersebut sangatlah berat bagi umur bapak kasmat tersebut. Setelah ngobrol-ngobrol sedikit waktu isyapun datang lalu kami bergegas untuk menuju ke mushala kembali untuk melakukan shalat isya berjamaah.Kemudian setelah shalat isya kami semua bertemu dan ngobrol” dengan ketua RT serta perwakilan dari warga desa tersebut mengenai keadaan desa tersebut. Bapak ketua RT tersebut sangat senang karena kami mau untuk berkunjung ke desa UB Forest untuk melakukan penelitian dan juga melihat potensi-potensi apa saja yang sangat baik di wilayah tersebut. Setelah itu ibu dosen kami ibu Yenny Kornitasari memberikan kata sambutan dan ucapan terimakasih kepada warga desa tersebut karena mau menerima anak anak kelas perekonomian indonesia dengan senang hati. Malam semakin gelap dan waktu untuk ngobrol disudahi dan kami pun kembali ke rumah inang masing-masing untuk segera beristirahat dan melanjutkan kegiatan untuk besok hari. Kami pun segera balik ke rumah bapak kasmat dan sesampainya dirumah kami bertiga (agus,fadil,rafid) tidak langsung beristirahat karena inang kami sedang sibuk menyiapkan jualan sayur untuk besok pagi dan sayur yang disiapkan untuk besok pagi masih banyak yang belum disiapkan, lalu kami bertiga berinisiatif untuk membantu inang kami agar cepat istirahat dan bisa berjualan besok pagi. Percakapan dimulai ternyata sehari-hari pekerjaan inang kami adalah penjual sayur di pasar karangploso yang setiap harinya dijual dari pukul 06.00 – 18.00 dan setelah jualan habis, pada saat malam hari Ibu langsung menyiapkan dagangan buat besok paginya, waktu tidur dari inang kami bisa dibilang sangatlah minim dan inang kamis sudah sangat berumur dan seharusnya untuk beristirahat dirumah saja. Bagaimana lagi semua itu karena permasalahan ekonomi yang dialami oleh keluarga inang kami. Setelah sayur sudah selesai disiapkan untuk jualan kami bertiga disuruh untuk beristirahat oleh inang kami karena waktunya untuk tidur.

Hari Kedua (20 Mei 2017), Setelah semalam kami tidur waktunya bangun dan bergegas untuk pergi ke mushala dan segera melakukan ibadah shalat shubuh dengan warga desa tersebut dan juga teman-teman kelas perekonomian indonesia juga. Setelah shalat subuh selesai kami pun ngobrol-ngobrol di mushala tersebut sampai pukul 06.00 kami lekas kembali ke rumah inang kami (agus fadil,rafid) untuk membantu apa saja yang dilakukan oleh inang kami. Dan pada saat pukul 07.00 bapak kasmat telah bangun dari tidurnya dan minum kopi bareng di ruang tamu, sampai pukul 09.00 ngobrol-ngobrol tentang permasalahan-permasalahan yang ada pada desa borosumbersari tersebut. Bapak kasmat bercerita banyak tentang desa ini bahwa dulu tanaman yang pertama kali ditanamkan di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang) dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya (7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya (6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari. Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest. Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki 5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan hidup. Setelah bapak kasmat ngobrol panjang bapak kasmat didatangin oleh ketiga mahasiswa dari fakultas pertanian yang ingin mewawancarai bapak kasmat pada pukul 09.30 nanti, kata bapak kasmat kepada ketiga anak dari fakultas pertanian tersebut iya nak nanti bapak akan datang ke gazebo di deket lapangan atas, ungkap si bapak. Dan kami pun ditawarin untuk mengikuti kegiatan bapak kasmat pada saat siang hari itu. Setibanya di gazebo lapangan atas UB Forest bapak itu didatangin oleh 10 mahasiswa dari fakultas pertanian yang ingin mewawancari bapak kasmat mengenai permasalahan yang ada didesa tersbut, petani di desa ini sedang menanam tanaman apa, berapa hasil dari pertanian di desa ini, dan lain-lain. Wawancara tersebut berlangsung hingga pukul 13.00, tidak sampai pukul 13.00 kami memutuskan untuk pulang duluan karena ingin melakukan ibadah shalat dzuhur dengan warga desa tersebut serta teman-teman perekonomian indonesia. Setelah melakukan ibadah shalat dzuhur kami beristirahat ngobrol-ngobrol di mushala dan segera mempersiapkan buat kegiatan game dengan anak-anak kecil di desa tersebut Kegiatan Game dimulai pada saat pukul 15.30 tepat setelah shalat ashar selesai, kegiatan gamepun dimulai game tersebut sangat macam-macam yaitu, 1. Lomba memasukkan pensil kedalam botol, 2. Lomba makan kerupuk, 3. Lomba mengambil karet dengan mulut dengan bantuan sedotan, dan masih banyak lagi gamenya. Semua anak-anak sangat terhibur dengan adanya game yang dibuat oleh teman-teman kelas perekonomian indonesia stelah lomba diberikan hadiah-hadiah yang menarik dan insyaAllah berguna untuk kebutuhan sekolah dari adik-adik semuanya. Setelah game ada abang-abang bakso lewat lalu teman-teman memutuskan untuk makan bakso bareng-bareng dan abang baksonya sangat senang karena dagangannya habis. Setelah makan kami bertigapun segera pulang untuk mandi karena langit sudah mau gelap. Setelah itu tibalah waktu maghrib dan kami segera menuju ke mushala tersebut. Setalah shalat maghrib selesai akan ada malam ramah tamah (Tasyakuran) bersama semua warga desa tersebut. Acara tersbut sekaligus ucapan terimakasih kami kepada semua warga desa yang mau menerima kami dan mengajarkan kami tentang kehidupan yang ada didesa tersebut. Setalah acara itu selesai dilanjutkan untuk shalat Isya bersama dan doa bersama untuk kemajuan desa tersebut agar nantinya desa tersebut dapat lebih maju kedepannya dan perekonomian juga makin baik kedepannya. Setelah acara itu selesai teman-teman sekelas tidak langsung balik kerumah inangnya masing-masing. Kami semua membentuk lingkaran dan membahas cerita apa saja yang didapatkan teman-teman dari masing-masing inangnya. Intinya semua adalah permasalahan-permasalahan yang ada didesa tersebut. Dan semua permasalahan itu belum ada solusinya kami membahas sampai pukul 23.30 dan waktu sudah larut malam kami pun menghentikan pembahasan pada malam itu dan kami semua segera pulang ke rumah inangnya masing-masing untuk segera beristirahat.

Hari Ketiga (21 Mei 2017), waktu sudah pagi dan waktunya untuk shalat subuh kami bertiga segera pergi ke mushala untuk ibadah shalat shubuh.setelah shalat subuh kami pulang kerumah untuk mebantu bersih-bersih rumah di rumah bapak kasmat, dan kami juga beres-beres karena hari itu adalah hari terakhir pengabdian desa. Kami setelah bersih-bersih dirumah inang kami, kami mengajak ngobrol dengan bapk kasmat serta ibu danis (nama pemilik rumah) .kami bertiga juga telah disiapkan makan pagi yang mengingatkan dengan masakan mama dikampung halaman masing-masing. Sampai pukul 10.00 kami harus pergi ke mushala untuk membagi-bagikan sembako untuk semua warga desa tersebut. Sekaligus kami bertiga pamit dan mengucapkan banyak terima kasih dan foto bareng dengan pemilik rumah. Setelah itu kami membagi-bagikan paket sembako ke semua warga desa tersebut, setelah bagi-bagi sembako, teman-teman foto bareng dan berdoa bareng untuk pulang ke malang tepat pada pukul 12.30 dan sampai di UB pada pukul 13.00. setelah itu besoknya seperti biasa harus melakukan kegiatan kuliah kembali seperti biasa. Mungkin seperti itu cerita dari pengabdian desa yang dilakukan pada tanggal 19-21 Mei 2017 yang sangat seru, Saya pribadi sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Rafid Adhi Pramana

155020101111023 / EP 2015

Perekonomian Indonesia / AE

Minggu, 21 Mei 2017

Pengabdian Desa di Dusun Borosumbersari (UB Forest)

Studi Kasus: Permasalahan antara Kopi dan Pohon Pinus yang Berdampak Terhadap Perekonomian Desa Tersebut
Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan, nama saya Rafid Adhi Pramana yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Brawijaya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program studi Ekonomi Pembangunan. Pada saat saya sedang mengikuti pengabdian desa di UB Forest yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Mei 2017, saya sangat sekali mengikuti pengabdian desa yang saat itu ibu Yenny Kornitasari sebagai dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang meminta mahasiswanya untuk terjun langsung ke desa mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar (UB Forest). Didesa tersebut semua mahasiswa sangat senang sekali dengan desa tersebut, selain memiliki pemandangan gunung serta alam yang menarik disana juga terdapat tanaman – tanaman yang seharusnya sebagai mata pencaharian mereka namun faktanya sebagai titik permasalahan yang ada di desa tersebut. Pada saat di desa kegiatan kami tidak hanya melakukan kerja bakti,bakti sosial, tasyakuran bersama warga, dan membantu pemilik rumah untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Namun di desa tersebut kami juga menemui anak-anak dari fakultas lain yang sedang mewawancarai petani yang bekerja di desa tersebut dan kami juga menelusuri apa saja yang menjadi permasalahan yang seharusnya harus segera diselesaikan, karena jika tidak diselesaikan segera akan menjadi beban dan semua warga daerah tersebut mengalami penindasan/kemiskinan secara terus – menerus.

Menurut cerita dari salah satu warga desa dan juga bapak tersebut adalah orang yang dimana rumahnya kami (agus,fadil,rafid) tinggal, sebut saja Beliau adalah bapak kasmat yang dulunya juga pernah menjadi ketua RT desa didaerah tersebut. Bapak kasmat menceritakan bahwa dulunya didaerah ini, tanaman yang pertama kali ditanamkan di lahan pertanian UB Forest itu adalah tanaman Pinus (2001 – sampai sekarang) dan tanaman Kopi (2010 – sampai sekarang) namun sampai saat ini belum ada penghasilan yang cukup bagi para petani dan pernyataan warga desa yang dikatakan hampir sama semua bahwa sangat berlawanan sekali, yang dikatakan oleh pihak UB dijelaskan bahwa investasi terbesar adalah UB Forest yaitu tanaman kopi yang dihasilkan pertahunnya sekitar 60 – 100 ton. Fakta di lapangan penghasilan kopi belum bisa membantu perekonomian warga desa tersebut. Dan belum pernah ada truk – truk besar untuk mengangkut hasil kopi yang dikatakan UB bahwa kopi sebagai investasi terbesar. Menurut data yang saya dapat harga dari kopi itu sendiri bervariasi, kopi merah dijual tujuh ribu rupiah perkilonya (7000/kg) dan untuk kopi kuning dijual dengan harga enam ribu rupiah perkilonya (6000/kg) dan untuk kopi Mengambang dijual dengan harga dua ribu rupiah perkilonya (2000/kg) dan Bapak kasmat selaku sebagai Ketua LMDH Desa Tawang Argo yang mengatakan UB memiliki 514 hektar lahan pertanian. Namun sampai saat ini belum ada bukti hasil dari penghasilan kopi itu sendiri. Ketika saya bersama rekan saya (agus,fadil,dkk) sedang mewawancarai bapak kasmat bahwa yang dikatakan pihak UB itu tidak benar adanya. Warga di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mata pencaharian warga tersebut bukan dari hasil kopi, melainkan dari hasil pertanian lainnya, tanaman sayuran – sayuran sehari-hari. Dan lahan pertanian yang dimiliki warga sangat jauh dari daerah UB Forest karena di surat perjanjian dikatakan warga desa dilarang menanam tanaman selain tanaman kopi. Warga didesa sangat bingung harus mencari uang darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, Apabila warga hanya menanam tanaman kopi uang untuk memenuhi kebutuhannya darimana lagi, karena tanaman kopi baru bisa dipanen hanya setahun sekali. Masyarakat desa sekitar memiliki cara yaitu dengan menanam tanaman sayuran di lahan yang letaknya jauh dari UB Forest. Permasalahan di desa tersebut tidak hanya masalah lahan pertanian kopi dan hutan pinus melainkan ada masalah lain. Listrik warga desa tersebut, masalah itu cukup menjadi harapan kedepannya agar listrik di desa tersebut dapat lebih merata pembagiaannya dan sebisa mungkin setiap rumah memiliki meteran rumah masing – masing. Fakta dari penelitian kami bahwa desa tersebut hanya memiliki 5500 watt untuk 11 rumah di desa tersebut, masing sangat minim sekali bagi daerah tersebut. Dan juga masalah air yang masih minim yang dikatakan oleh para warga sekitar, apalagi pada saat musim kemarau warga sangat sulit untuk mencari air, sehingga ada orang yang ingin mendaftar menjadi bagian dari desa tersebut ditolak oleh semua warga, karena listrik dan air masih sangat kurang apabila jumlah warga dan rumah ditambah maka akan lebih sulit untuk masalah listrik dan air. Dan harapan lainnya adalah warga desa masih kekurangan untuk mencari pekerjaan di desa tersebut, diharapkan Pihak UB tidak perlu mencari SDM dari luar untuk bekerja di daerah desa tersebut untuk menjadi satpam hutan kopi dan pinus, karena masih banyak warga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari mata pencaharian. Diharapkan Kedepannya UB lebih memerhatikan warga daerah yang ada didesa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan sosial nantinya. Kembali lagi dengan permasalahan kopi yang ada di daerah desa tersebut, faktanya dari informasi warga baru- baru saja ditahun 2016 UB dapat memanen dari hasil kopi yang ditanam namun tidak sampai 60 - 100 ton dari 29 hektar lahan kopi yang ada hanya 1,5 hektar (0,03 %) yang dapat dipanen oleh warga karena pohon kopi dan pinus saling bersaing untuk mendapatkan unsur hara yang lebih untuk bertahan hidup. Setelah kami melakukan penelitian tentang perokonomian serta masalah-masalah yang ada di desa tersebut kami akan memberitahukan ke pihak rektorat untuk menindaklanjuti dari masalah yang cukup besar ini karena jika tidak akan memberikan dampak yang negatif terhadap warga desa tersebut. Saya pribadi sangat senang sekali dapat diterima oleh warga sekitar dengan senang hati dan ramah – ramah orangnya dari yang paling muda sampai yang paling tua. Saya mewakilkan dari teman-teman perekonomian indonesia/AE sangat berterimakasih banyak telah diajarkan untuk selalu bersyukur dimanapun dan kapanpun kamu tinggal, telah diajarkan betapa sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk menghidupi satu keluarga dengan gaji yang tidak pasti dan masih sedikit. Saya jika masih diberi kesehatan oleh Allah dan masih diberikan rezeki yang banyak oleh gusti Alah insyAllah akan main-main lagi ke UB Forest untuk menjalin silaturahmi kembali serta mengamati bagaimana perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
Berikut ini adalah dokumentasi saya selama berada di UB Forest bersama warga desa sekitar, teman-teman, pemilik rumah yang saya tinggalin, kondisi desa disana, dan potret kehidupan yang terjadi di desa tersebut:
foto diatas mengambarkan keadaan desa UB Forest

Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE
*Foto: bapak kasmat sebagai pemilik rumah yang kami tinggalin (agus, fadil,rafid)
*Foto: pemberian sembako kepada pemilik rumah (bapak kasmat)
*Foto: bersama satu kelas Perekonomian Indonesia/AE (Setelah itu langsung balik ke malang)


Berikut adalah laporan pengabdian desa yang kami lakukan pada tanggal 19-21 mei 2017 semoga suatu saat nanti dapat kembali lagi ke desa tersebut dengan pembangunan desa yang lebih baik lagi dari sebelumnya, aminnn.

Rafid Adhi Pramana
Perekonomian Indonesia / AE
155020101111023 / EP 2015

Jumat, 05 Mei 2017

Literasi Keuangan

Literasi Keuangan


Apakah Literasi Keuangan itu?

Literasi Keuangan adalah kemampuan untuk memahami pengetahuan serta keterampilan untuk mengelola sumber daya keuangan untuk mencapai kesejahteraan.Menurut OJK literasi keuangan adalah rangkain proses atau aktivitasuntuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik. Pada pasal 28 disitu dijelaskan bahwa OJK Berwenang memberikan informasi dan edukasi kepada masyaraat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan dan produknya.Strategi nasional literasi keuangan indonesia secara resmi diresmikan pada tanggal 19 november 2013. Dan menjadi pedoman bagi seluruh otoritas keuangan, lembaga jasa keuangan dan para stakeholdersnya.
Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) yang dalam hal ini terdiri dari Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank Kustodian,DanaPensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan,Perusahaan gadai, dan perusahaan penjaminan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah wajib menyelenggarakan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan kepada konsumen dan atau masyarakat.
Secara yang kita tahu telah ada peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas jasa keuangan mengenai Surat Edaran nomor 1/SEOJK.07/2014 tanggal 14 Feb 2014 tentang Pelaksanaan Edukasi dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan kepada Konsumen dan/atau Masyarakat yang mulai berlaku sejak 6 Agustus 2014.
v . Rencana edukasi literasi paling kurang mencakup:
1.   penetapan program kerja Edukasi sesuai dengan sasaran, strategi dan kebijakan PUJK;
2.   evaluasi pelaksanaan rencana Edukasi periode sebelumnya;
3.   penetapan kebutuhan biaya dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan rencana Edukasi.

v Pihak PUJK juga diwajibkan melakukan evaluasi atas pelaksanaan rencana edukasi tersebut, yang mencakup:
1.   perbandingan rencana Edukasi sebelumnya dengan realisasi pada setiap tahun;
2.   pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan hal-hal yang belum tercapai (jika ada) termasuk penjelasannya;
3.   pelaksanaan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan; dan kendala yang dihadapi dan upaya-upaya pemecahan masalah yang dilakukan.
v Pelaksanaan Edukasi berdasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.   Inklusif
         Literasi Keuangan harus mencakup semua golongan masyarakat.
2.   Sistematis dan terukur
Literasi Keuangan disampaikan secara terprogram, mudah dipahami, sederhana, dan pencapaiannya dapat diukur.
3.   Kemudahan akses
Layanan dan informasi keuangan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan mudah diakses.
4.   Kolaborasi
Yang dimaksud dengan kolaborasi adalah melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara bersama-sama dalam mengimplementasikan Literasi Keuangan.

Perlu diketahui bahwa Pelaksanaan Edukasi kepada Konsumen dan/atau masyarakat disesuaikan dengan kemampuan dari PUJK. Pelaksanaan Edukasi tidak mencakup pemasaran produk dan/atau layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh PUJK. Edukasi dititikberatkan untuk menginformasikan fitur dasar produk dan/atau layanan jasa keuangan termasuk memberikan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan manfaat, biaya dan risiko. Kegiatan yang berupa pemberian bantuan sosial yang bersifat charity dapat merupakan pelaksanaan Edukasi apabila kegiatan tersebut dilakukan berkesinambungan dan dilaksanakan monitoring secara berkala.

RAFID ADHI PRAMANA/ EP 2015
155020101111023
PEREKONOMIAN INDONESIA / AE

Sabtu, 29 April 2017

Padat Karya Vs Padat Modal


Padat Karya Vs Padat Modal
Kamu pilih mana nih antara padat karya atau padat modal, nah menurut kamu mana yang lebih baik ?
Padat Karya adalah pekerjaan yang berasaskan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia (dalam jumlah yang besar). Kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan modal atau mesin. Kesimpulan dari semuanya, padat karya itu adalah pendekatan yang kita pakai untuk berkreasi atau berprestasi (pengembangan-diri) yang berbasis pada Pengandalan Diri  (mengasetkan SDM) lebih dulu. Nah pastinya sebuah padat karya  atau padat modal memiliki kekurangan atau kelebihan. Keunggulan dan kelemahan dari industri padat karya itu sendiri misalnya:
Keunggulan
Kelemahan
Jika Anda sudah memiliki skema alternatif penyiasatandalam menghadapi ancaman krisis itu, entah dengan menjadi self-employer atau membangun usaha sendiri, atau entah dengan menjadi apapun, maka yang perlu Anda ingatkan kepada diri sendiri adalah,hendaknya tetap mengutamakan pendekatan padat karya, bukan padat modal.Indonesia memiliki faktor produksi tenaga kerja relatif banyak sehingga diproduksi barang yang padat karya. Hal ini akan menaikkan upah. Sementara harga modal dan tingkat bunga akan turun.

Industri padat karya cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan, sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan upah semurah-murahnya atau gratisan.


Bisnis padat modal adalah bisnis yang menggunakan modal dalam jumlah besar, baik modal untuk kegiatan operasional ataupun pengembangan bisnis. Namun, tidak hanya itu saja. Teknologi yang digunakan dalam keberlangsungan bisnis juga terbilang canggih dan mutakhir. Jadi, bisnis padat modal cukup berbeda dengan bisnis padat karya yang cenderung menitikberatkan pada jumlah besar tenaga kerja dalam pengoperasian dan pengembangannya. Dalam skala industri, industri padat modal termasuk industri dasar misalnya industri elektronik, mesin, dan logam dasar. Oleh karenanya, proses produksi sangat bergantung dengan penggunaan mesin-mesin daripada penggunaan tenaga kerja atau sumber daya manusia.Industri padat modal biasanya hanya dijalankan oleh perusahaan besar saja. Hal ini mengingat modal awal yang dibutuhkan amat banyak. Sementara perusahaan kecil atau skala rumah tangga sangat jarang atau malah tidak mampu menjalankan bisnis skala besar seperti industri padat modal. Bisnis rumahan pun seperti katering atau bisnis rumahan lain pada umumnya termasuk dalam bisnis padat karya dan bukan bisnis padat modal.
Keunggulan
Kelemahan
Pada bidang padat modal seperti perbankan dan sejenisnya bisa mendapatkan keuntungan yang bagus. Untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih padat modal dibandingkan sektor-sektor lain. Pada negara-negara berkembang konsep yang digunakan adalah teknik produksi bersifat padat modal dan padat karya karena pada negara berkembang diperlukan modal yang besar untuk menghasilkan output dan dibutuhkan pula tenaga-tenaga profesional agar negara berkembang ini menjadi negara maju.

Industri padat modal sangat bergantung pada keahlian SDMnya. Jarang terjadi industri padat modal kolaps karena ada perubahan harga di pasar. Tapi yang jelas, industri ini akan hancur, jika tidak ada SDM berkualitas yang mampu mengembangkan teknologi maka tidak dapat berjalan dengan baik industri padat modalnya.Untuk berkarya, apapun itu, pasti membutuhkan modal, entah uang atau yang bisa dinilai dengan uang. Tapi, ini tidak berarti kalau uang itu sudah kita miliki lantas karya kita dijamin bagus. Lebih-lebih kalau uangnya tidak kita miliki. Kualitas karya tergantung pada kualitas SDM.
Industri padat modal dimanfaatkan sebagai alat untuk mendukung pertumbuhan industri dan ekonomi tinggi. Hal ini berlaku terutama bagi para perancang dan pelaksana seperti halnya industri besar. Dalam industri padat modal, penghematan energi perlu diupayakan untuk efisiensi industri. Hal ini wajar saja karena mesin-mesin berukuran besar beroperasi dengan menggunakan energi. Adapun untuk negara berkembang seperti halnya Indonesia, teknik yang cocok diaplikasikan yaitu teknik produksi padat karya. Pasalnya di negara berkembang ketersediaan tenaga kerja manusia lebih banyak dibanding modal. Mempekerjakan banyak tenaga kerja sekiranya pun akan lebih menghemat biaya operasional dibanding dengan menggunakan banyak mesin besar. Sementara di negara maju lebih cocok diterapkan teknik produksi padat modal. Hal ini karena di negara maju lebih banyak tersedia modal dibanding tenaga kerja. Selain itu, tenaga kerja di negara maju biasanya menginginkan upah atau gaji yang relatif lebih mahal.
Gimana cara pandang yang pas terhadap kedua jenis industri tersebut ?
Perlukah industri padat modal dibatasi untuk memeratakan kesejahteraan, dengan asumsi bahwa industri padat karya akan jauh berkembang jika industri padat modal dibatasi? Akankah kita perlu mengadakan peraturan khusus untuk meningkatkan industri padat modal tapi mengorbankan industri padat karya ? menurut saya cara pandang terhadap kedua jenis industri ini yaitu yang pertama adalah Industri padat karya,industri ini lebih cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan, sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan upah semurah-murahnya atau gratisan. Selanjutnya adalah industri padat modal, industri tersebut justru sebaliknya. Industri semacam ini sangat bergantung pada keahlian SDMnya. Jarang terjadi industri padat modal kolaps karena ada perubahan harga di pasar. Tapi yang jelas, industri ini akan hancur, jika tidak ada SDM berkualitas yang mampu mengembangkan teknologi.

Bagaimana cara mengembangkan keduanya dari industri padat modal dan industri padat karya?
Menurut saya langkah yang paling tepat adalah mengembangkan keduanya secara bersamaan. Industri padat modal cenderung lebih susah dikembangkan, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum bisa dipanen. Selama tahun-tahun itu (sebelum industri padat modal berbuah), industri padat karya mestinya bisa digunakan untuk mensupport kegiatan pemerintah. Jika industri padat modal telah tumbuh, teknologi yang dipanen dari industri tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan level produksi industri padat karya. Kita sebagai warga indonesia yang baik seharusnya wajib untuk mensupport kedua jenis industri ini, pemerintah harusnya bisa membangun spiral kesejahteraan (makin lama, rakyat makin sejahtera). Kl hanya berpegang pada salah satu industri, nasib kita mah ga akan beranjak jauh dari sekarang (harga minyak naik, harga barang naik, investor kabur ke Vietnam, PHK dimana-mana.
Contoh Industri Padat Modal dan Industri Padat Karya :
Industri merupakan suatu usaha atau bisnis dengan kegiatan utama mengelola bahan mentah ataupun setengah jadi menjadi produk jadi yang bernilai tambah dan bisa memberikan keuntungan. Berdasarkan ketersediaan modalnya industri dibedakan menjadi 2 yaitu industri padat modal dan industri padat karya yang mana perbedaan keduanya sudah sekilas diberikan di atas.
Industri atau bisnis padat modal memproduksi barang atau jasa menggunakan input modal dengan porsi lebih besar dan jumlah tenaga kerja relatif kecil. Berbeda dengan industri padat karya, kalau industri padat karya tidak harus memiliki mesin yang canggih untuk memproduksi suatu barang, lebih menggunakan SDM namun tentu saja SDM yang digunakan adalah yang berkualitas. Jadi perlu digarisbawahi, industri padat modal memang lebih menitikberatkan penggunaan mesin dibanding tenaga kerja, tetapi tidak lantas berarti industri padat modal tidak menggunakan tenaga kerja sama sekali.

Berikut adalah contoh-contoh usaha industri padat modal dan industri padat karya:
v  Industri Padat Modal:
1.    Industri sepeda motor
2.    Industri mobil
3.    Industri alat-alat pertambangan
4.    Industri Elektronik
5.    Industri pesawat
6.    Industri minyak dan gas bumi
v  Industri Padat Karya:
1.    Industri Tempe
2.    Industri sepatu
3.    Industri Tas
4.    Industri Dompet Kulit
5.    Industri makanan dan minuman
6.    Organisasi ibu-ibu PKK

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP 2015

PEREKONOMIAN INDONESIA (AE)

Kamis, 20 April 2017

Permasalahan Pertanian Pangan Di Indonesia Dan Prinsip - Prinsip Pertanian Berkelanjutan

         


         Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan ini  merupakan masalah nasional yang perlu diperhatikan secara menyeluruh.
       Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak akan terjadi jika tidak terjadi kelangkaan pangan. Seperti yang diketahui masalah komoditi pangan utama masyarakat Indonesia adalah adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Sebenarnya dulu kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap semua daerah di Indonesia tidak mengonsumsi beras. Makanan utama di beberapa daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Bahan makanan utama masyarakat Madura dan Nusa Tenggara adalah jagung. Masyarakat Maluku dan Irian Jaya mempunyai makanan utamanya sagu. Dan beras adalah makanan utama untuk masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sualwesi walaupun ada juga yang menjadikan singkong, ubi dan sorgum sebagai bahan makanan utama. Tetapi seluruh hal tersebut berubah total setelah pemerintah orde baru dengan Swasembada Berasnya secara tidak langsung memaksa orang yang bisaa mengkomsumsi bahan makanan non beras untuk mengkonsumsi beras.
           Yang terjadi selanjurnya adalah muncul lonjakan konsumsi/kebutuhan beras nasional sampai sekarang sehingga memaksa pemerintah untuk impor beras. Padahal jika tiap daerah tetap bertahan dengan makanan utama masing-masing maka tidak akan muncul kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lainpun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia terlenyapkan demi progran Swasembada Beras. Masalah pangan ini harus segera diatasi karena menyangkut dengan kebutuhan semua orang terutama di Indonesia. Selain itu masalah-masalah lain yang terkait dengan pangan ini juga diperlukan solusi agar nantinya dapat menunjang kelancaran
         Pembangunan pertanian itu pada dasarnya adalah pembangunan manusianya, kondisi sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di Indonesia saat ini terkendala pada kondisi sumber daya manusia yang mau bergerak dan mencintai pertanian lagi, dari kondisi yang ada saat ini maka kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian harus kita dukung dengan upaya-upaya yang sangat signifikan bisa mengungkit produksi, salah satunya bahwa Pak Menteri menyatakan bahwa kita harus swasembada pangan dalam 3 tahun ke depan (Padi, Jagung , Kedelai) kemudian ditambah lagi beberapa komoditas cabai, bawang, dan holtikultura lainnya serta termasuk juga daging dan tepung. Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua salah satu yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya tenaga kerja, yang kedua semakin berkurangnya minat generasi muda untuk turun kedunia pertanian. Solusi dari Kementrian Pertanian yang pertama adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.

            Modernisasi pertanian adalah merupakan jawaban sehingga komitmen Kementerian Pertanian semenjak Pak Menteri dilantik dalam Kabinet Kerja sudah mencanangkan bahwa mekanisasi pertanian akan di dorong dalam rangka menunjang peningkatan produksi pangan kita, bantuan alat dan mesin pertanian kita harapkan mampu mengatasi kesulitan tenaga kerja baik olah tanah , alat panen , alat tanam , dan ini semua harus dikelola dalam manajemen usaha yang menguntungkan. Tidak semata-mata alat ini di investasikan oleh pemerintah kepada masyarakat hanya untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja mengolah tanah , kesulitan tenaga kerja untuk memanen, untuk menanam tetapi ini dikelola dalam satu unit usaha yang menguntungkan karena bisnis jasa alat dan mesin pertanian ini memberikan keuntungan yang saat baik sehingga harapan kita dengan mekanisasi pertanian ini generasi muda akan mau kembali lagi mencintai pertaniannya.



5 Prinsip Untuk Menjalankan Pertanian Berkelanjutan:
1.    Pertanian adalah budaya, pertanian adalah kehidupan
Bertani secara organik seharusnya tidak dilakukan hanya semat-mata karena faktor nilai ekonomi  atau faktor kesehatan saja. Dalam sejarah pertanian di Indonesia, nenek moyang kita melakukan aktivitas bertani karena masalah kehidupan. Tidak bicara bagaimana bertani untuk mendapatkan keuntungan materi. Dalam perkembangannya dunia pertanian kita mengalami pergeseran nilai dan sistem dari pertanian untuk kehidupan menuju pertanian yang berorientasi pasar. Bertani secara organik seharusnya didasarkan pada nilai budaya kehidupan bukan hanya didasarkan masalah ekonomi pasar saja. Sebab yang namanya hidup haruslah terus-menerus dari generasi ke generasi. Tidak dilakukan pada waktu sesaat saja, tergantung pada permintaan pasar saja, tetapi berdasarkan pada kebutuhan hidup yang berkelanjutan.
2.     Keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya
Salah satu penyebab rusaknya pertanian di Indonesia saat ini adalah faktor rusaknya lingkungan hidup. Artinya bahwa, sering tidak kita sadari pola atau sistem pertanian yang selama ini dikembangkan di negara kita ternyata membawa dampak terhadap lingkungan. Mulai dari tanah, air, udara, bahkan sampai tanaman dan makhluk hidup lain sudah tercemari bahan-bahan kimia yang tentu saja tidak ramah terhadap lingkungan. Pertanian organik dikembangkan dalam rangka menjaga kelestarikan lingkungan karena itu dalam penerapannya selalu memperhatikan prinsip ekologi, dengan selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem.

Prinsip-Pinsip ekologi yang diterapkan dalam praktek pertanian berkelanjutan yaitu :
·         Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah
·         Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara melalui, fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani
·         Membatasi kehilangan akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro pengelolaan air dan pencegahan erosi
·         Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman
·         Pemanfaatan sumber genetika yang saling mendukung dan bersifat sinergis dengan cara mengkombinasikan fungsi karagaman sistem pertanian berkelanjutan. 
3.     Membangun kemandirian
Ketergantungan terhadap asupan dari luar (benih, pupuk dan obat-obatan kimia) merupakan masalah yang saat ini dihadap petani. Harga benih, pupuk maupun obat-obatan kimia melambung tinggi belum lagi ketersediaannya yang terkadang langka,   sementara harga produksi pertanian relatif tetap membuat kehidupan petani semakin terpuruk. Pertanian berkelanjutan saat ini merupakan jalan atau upaya yang tepat untuk membangun kemandirian petani. Dengan demikian petani mampu melepas ketergantungan terhadap asupan luar. Semua kebutuhan sarana produksi harus disediakan sendiri oleh petani dengan menggunakan sumber alam dan lingkungan. Bank benih harus dimiliki oleh petani, dengan begitu petani bebas mangakses benih tanpa tergantung pada monopoli oleh perusahaan benih. Untuk menghilangkan ketergantungannya pada pupuk, petani dapat memproduksi sendiri pupuk-pupuk organik, dimana bahan-bahan bakunya telah tersedia di alam sekitar, sedangkan untuk pengendalian hama petani dapat mengatasinya dengan cara  selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem atau dapat pula dengan membuat larutan nabati yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pertanian organik menjadi senjata petani untuk membangun kembali kemandirian, kemerdekaan dan mendapatkan hak-haknya untuk bisa menentukan sendiri tanaman yang ingin ditanamnya, bebas dari ketergantungan teknologi, sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem.
4.     Utamakan pemenuhan lokal
Dalam bahasa sederhana kedaulatan pangan, setidaknya itulah yang menjadi tujuan dari bertani secara organik, yaitu memenuhi sendiri kebutuhan pangan keluarga. “Tanamlah semua tanaman yang bisa kau makan dan makanlah dari hasil tanaman yang bisa kau tanam”. Ungkapan ini menerangkan dengan jelas bahwa pangan merupakan hal yang penting bagi keluarga tani. Tanaman pangan inilah yang menjadi kebutuhan untuk mencukupi pangan keluarga tani. Dengan bertani secara organik akan menghasilkan produk yang mutunya lebih baik diantaranya rasanya lebih enak, lebih awet disimpan dan pastinnya lebih sehat dan aman bagi karena tidak mengandung bahan-bahan kimia. Setelah kebutuhan pangan keluarga tercukupi, selanjutnya petani dapat memasarkan hasil pertaniannya untuk mencukupi kebutuhan lainnya.
5.     Merupakan Sebuah Gerakan
Sesuai dengan istilahnya, yaitu gerakan sosial maka pelaku dari gerakan ini dalam konteks pertanian organi adalah petani sendiri. Petani melakukan pengorganisasian terhadap konsumen, buruh, nelayan atau bahkan pemuda. Hal ini penting untuk dilakukan supaya gerakan pertanian organik menjadi gerakan yang meluas. Sesuai dengan sifat dari penindasan di dunia pertanian yang bersifat global saat ini, melakukan pertanian organik sebagai gagasan, prinsip, nilai-nilai dan tujuan yang radikal. Bukan hanya pada persoalan trend atau kecenderungan pasar organik nasional dan internasional. Konsep pertanian organik harus dilihat sebagai konseptual untuk menggantikan konsep pertanian konvensional (Revolusi Hijau) yang dikembangkan oleh kekuatan neoliberalisme. Bertani secara organik berarti melepas ketergantungan diri dari kekuatan luar dan inilah ciri dari gerakan sosial.

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP 2015
PEREKONOMIAN INDONESIA/AE

Jumat, 14 April 2017

BONUS DEMOGRAFI



Agar kiranya bagi kebanyakan pembaca dapat sedikit memahami apa definisi dari bonus demografi.
1. Menurut Wongboonsin (2003), dalam paparan kepala BKKBN Nasonal Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK di Univeritas Undayana Provinsi Bali. Mengartikan bonus demografi (demographic dividen) sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya sebuah rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang. Fartilitas disini bisa dikatakan sebagai kemampuan riil seoarang wanita untuk melahirkan (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ; 1981)
2. Menurut Tifatul Sembiring (Kominfo, 2014), mengartikan bonus demografi sebagai keadaan dimana struktur penduduk didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15 -64 Tahun) sehingga keadaan ini tentu akan sangat langka dialami oleh suatu Negara, bahkan kata Tifatul Sembiring, peluang bonus demografi hanya sekali datang dalam seumur bangsa yang ada diseluruh dunia.
3. Menurut BKKBN (2013) pengeratian bonus demografi adalah keuntungan yang dinikmati suatu negara yang ada di dunia ini sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialami oleh negaranya tersebut.
4. Menurut Ilmu Ekonomi (2016), pengertian bonus demografi adalah fenomena penting yang di alami oleh suatu negara karena kondisi jumlah penduduknya yang dinilai bahwa usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia belum produktif (usia muda di bawah 15 tahun) dan usia tidak produktif (usia di atas 60 tahun) sudah semakin kecil.
Menanggapi dua definisi diatas, bisa didapatkan parameter penting yang digunakan untuk mengartikan bonus demografi. Parameter pertama tentang pengertian bonus demografi, memiliki arti dimana keadaan Negara yang menggambarkan perbandingan jumlah penduduk usia produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari dari 64 tahun) lebih sedikit dan penduduk usia produktif (lebih dari 15 tahun hingga 64 tahun) lebih dominan. Hal yang menjadi parameter kedua, dalam mengartikan bonus demografi sebagai keadaan ekonomis yang dinilai menjadi jendela kesempatan “bonus demografi” sehingga akan membawa dalam keuntungan (demographic dividen) atau bisa pula menjadi beban demografi (demographic Burden).

Demikian Pengertian Bonus Demografi Menurut Para Ahli, semoga dengan cara memahami Pengertian Bonus Demografi Menurut Para Ahli ini, kita akan mempersiapkan bonus demografi dimasa yang akan datang dengan penuh semangat.
Pengertian bonus demografi adalah keuntungan yang dinikmati suatu negara yang ada di dunia ini sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialami oleh negaranya tersebut. Bonus demografi adalah suatu fenomena dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangu-nan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak. Oleh karena itu, bonus demografi dapat menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia, dengan syarat pemerintah harus menyiapkan generasi muda yang ber-kualitas tinggi SDM-nya melalui pendidikan, pelatihan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi.
Dengan demikian, pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 80 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif, sehingga akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. Namun, jika bangsa Indonesia tidak mampu menyiapkan kejadian ini, yakni akan terjadinya bonus demografi, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM, baik dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai, maka akan terjadi permasalahan, yaitu terjadinya pengang-guran yang besar dan akan menjadi beban Negara (www.bkkbn.go.id, 2009)

PELUANG ATAU ANCAMAN ???
Wacana tentang bonus demografi hangat didiskusikan di forum ilmiah, seminar beberapa waktu yang lalu. Untuk iitulah diskusi tentang bonus demografi perlu di apresiasi karena merupakan peluang yang tak mungkin terjadi kembali dalam satu generasi. Peluang bonus demografi harus bisa dijadikan momentum bersama bagi semua pihak agar kita tidak terlibat dalam persoalan yang tak kunjung selesai.Dalam ekonomi kependudukan dikenal sebagai istilah transisi demografi yaitu sebuah konsep mengenai proses penurunan angka kelahiran sampai terciptanya tingkat populasi yang stabil. Transisi demografi akan mengubah struktur usia dari populasi penduduk, dimana proporsi penduduk muda ( usia 0-14 tahun) mengalami penurunan, proporsi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) meningkat pesat, dan proporsi penduduk usia tua (66 tahun keatas) meningkat perlahan. Definisi tentang bonus demografi merupakan keuntungan secara ekonomis, disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya sehingga sumberdaya dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Agi indonesia ada rentan waktu 7-17 tahun lagi untuk memersiapkan modal manusia agar dapat memanfaatkan peluang emas periode 2020-2030. Caranya menanamkan investasi modal manusia untuk menggantukan angkatan kerja yang berpendidikan rendah dengan angkatan kerja baru yang memiliki pendidikan keterampilan yang lebih baik.
Indonesia akan memasuki fase emas yang disebut bonus demografi selama 10 tahun kedepan diprediksi terjadi pada periode 2020-2030 dengan angka dependency ratio berkisar antara 0,4 - 0,5 ini berarti 10 orang usia produktif hanya menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.
Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Prof Dr Sri Moertiningsih Adioetomo, Indonesia sudah mendapat Bonus Demografi mulai 2010 dan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030. Ada tiga fase yang terjadi dengan hadirnya Bonus Demogrfi di Indonesia.
1. Fase pertama, angka kelahiran dan kematian melaju dengan sangat tinggi.
2. Fase kedua, meningkatnya kebutuhan hidup rakyat Indonesia sehingga angka kematian menjadi menurun dan angka kelahiran menjadi bertambah.

3. Fase ketiga, angka kematian rendah disebabkan oleh gaya hidup (life style) sehingga membuat angka kelahiran menjadi turun. Inilah fase yang disebut sebagai window of opportunity (jendela kesempatan) saat jumlah penduduk produktif yang banyak itu dapat diakumulasikan memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan karena meningkatnya total investasi yang berimplikasi langsung terhadap kesejahteraan dalam skala komunal serta dapat dinikmati dalam jangka panjang.
Dengan melihat data diatas, bonus demografi yang sebentar lagi menghampiri indonesia harus dijadikan momentum emas bagi maysrakat khususnya pemerintah. Alokasi dana pendidikan 20 % dan APBN harus se optmal mungkin digunakan dan dikelola.Dalam hal pendidikan masih saja ada rakyat miskin yang tak tersentuh program wajib belajar 9 tahun karena kapitalisasi lembaga pendidikan yang hanya memberi kesempatan kepada kelompok kaya. Jadi tak mengeherankan jika saja ada anak di negeri ini yang lebih memilih bekerja dalam usia dini karena mahalnya biaya pendidikan.
Selanjutnya, Bonus Demografi tanpa diikuti pendidikan yang merata dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai akan menjadikan ancaman bagi Indonesia. Karena itu, pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan nasional harus cekatan dalam menempatkan penduduk Indonesia dewasa yang melimpah sebagai kekuatan yang potensial dengan menempatkan program pendidikan nasional sebagai pilar utama pembagunanan nasional (Sumber Daya Manusia).
Melihat data di atas begitu amat fantastisnya, asal saja pemerintah fokus memberikan jaminan pendidikan kepada generasi muda. Menurut Prof Richey dalam bukunya Planning for teaching, an Introduction to Education menjelaskan bahwa pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jika pemerintah berhasil membelanjakan alokasi dana APBN sebesar 20 persen dalam sektor pendidikan dipastikan akan terjadi perubahan yang signifikan pada dunia pendidikan kita yang mendorong terjadinya keberhasilan Bonus Demografi. Untuk itulah pendidikan harus murah dan terjangkau untuk masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Pendidikan jangan dijadikan komoditas barang eksklusif agar seluruh elemen masyarakat bisa menikmatinya. Dengan demikian terciptalah generasi emas yang siap menghadapi tantangan pada era Bonus Demografi pada tahun 2020-2030.

PELUANG,Kalau kita lihat sekilas Indonesia dihadapkan pada tantangan yang berat dan serius. Salah satunya adalah daya saing Indonesia yang kembali turun. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. The Global Competitiveness Index yang dirilis oleh World Economic Forum (28/5/2013) menempatkan Swiss sebagai negara yang paling kompetitif dengan skor 5,72. Sementara itu, posisi kedua ditempati Singapura dengan skor 5,67. Penurunan posisi daya saing itu menegaskan bahwa Indonesia masih menghadapi masalah serius. Di tengah kompetisi global, Indonesia perlu mematangkan strategi baru untuk meningkatkan daya saing sebagai prasyarat mutlak kemajuan.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang. Artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Itulah sebabnya, strategi terhadap pembangunan pemuda memiliki arti penting. Jika menggunakan basis data proyeksi jumlah pemuda versi BPS di atas, maka secara umum persebaran jumlah pemuda di Pulau Jawa menempati posisi pertama dengan persentase 57,94 persen. Kemudian, Pulau Sumatera dan sekitarnya memiliki persentase 21,71 persen, Pulau Sulawesi dan sekitarnya (8,13 persen), Pulau Kalimantan (5,78 persen), Pulau Bali dan Nusa Tenggara (5,2 persen) dan Papua (1,2 persen). Persebaran pemuda di setiap wilayah itu harus menjadi landasan dalam menggulirkan kebijakan pemuda di setiap wilayah.
Untuk itulah, dalam konteks daya saing bangsa, Bonus Demografi itu harus dilihat sebagai peluang untuk mencapai visi 'Indonesia 2050' di era 2020-2030 (Harian Waspada Medan .14/12/2011) yang pernah penulis muat di Harian Waspada Medan. Melihat peluang di atas kita menaruh harapan kepada generasi muda sebagai duta perubahan masa depan untuk terjun dan aktif dalam menyongsong pembangunan nasional kedepan. Aktivitas generasi muda harus diarahkan dengan grand design yang jelas dan bukan diposisikan sebagai event sesaat sehingga kerangka pembangunan pemuda mempunyai visi yang jelas.
Tantangan, untuk mencapai ketahanan ekonomi, kalau kita lihat menurut pandangan para ahli maka salah satu keharusan bagi setiap bangsa memertahankan kedaulatannya dalam abad XXI ialah memenuhi tiga tuntutan secara simultan. Pertama, mencapai ketahanan militer untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Kedua, memenuhi kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomis dari penduduknya, dan ketiga, menjamin kebutuhan yang berkelanjutan adil dan merata.
Menurut hemat penulis dari ketiga tantangan besar di atas, kalau kita sebagai bangsa yang besar harus mampu menjaga kepentingan nasional (national interest) kita di atas kepentingan segalanya. Di sinilah diperlukan hadirnya seorang pemimpin sebagai kepala pemerintahan atau kepala negara yang mempunyai jiwa rasa memiliki (sense of belonging) dari apa yang kita miliki selama ini. Kekayaan sumber daya alam kita yang begitu melimpah ruah menjadi modal besar dalam mencapai pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kemudian kekuatan ekonomi yang semakin membaik kalau dilihat dari data statistik menjadikan Indonesia akan diperhitungkan dalam kancah pergaulan perdagangan internasional. Dalam hal ini dua lembaga terkenal yaitu Goldman Sach dan Price Water House Coopers (PWC) memprediksikan peta kekuatan ekonomi dunia akan berubah dimana kekuatan ekonomi baru akan mendominasi dan menggeser kekuatan ekonomi lama.
PWC sendiri membuat prsediksi berjudul The World in 20150, pada maret 2010 lalu disana tertuliskan ada kelompok negara yang dsebut E -7 The Emerging Seven yang terdiri dari tujuh negara berkembang yaitu china india, Brazil, Rusia Indonesia, Meksiko dan Turki. Kelompok ini diprediksi akan melampaui kekuatan ekonomi negara-negara G-7 sekarang, pada tahun 2050. Meskipun target dari kedua prediksi tersebut masihlama yakni sekitar kurang lebih 40 tahun lagi, namun tanda-tanda kebangkitan kekuatan ekonomi baru dan peluang Bonus Demografi sudah dapat dilihat.

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ E.P 2015
PEREKONOMIAN INDONESIA / AE