Sabtu, 29 April 2017

Padat Karya Vs Padat Modal


Padat Karya Vs Padat Modal
Kamu pilih mana nih antara padat karya atau padat modal, nah menurut kamu mana yang lebih baik ?
Padat Karya adalah pekerjaan yang berasaskan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia (dalam jumlah yang besar). Kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan modal atau mesin. Kesimpulan dari semuanya, padat karya itu adalah pendekatan yang kita pakai untuk berkreasi atau berprestasi (pengembangan-diri) yang berbasis pada Pengandalan Diri  (mengasetkan SDM) lebih dulu. Nah pastinya sebuah padat karya  atau padat modal memiliki kekurangan atau kelebihan. Keunggulan dan kelemahan dari industri padat karya itu sendiri misalnya:
Keunggulan
Kelemahan
Jika Anda sudah memiliki skema alternatif penyiasatandalam menghadapi ancaman krisis itu, entah dengan menjadi self-employer atau membangun usaha sendiri, atau entah dengan menjadi apapun, maka yang perlu Anda ingatkan kepada diri sendiri adalah,hendaknya tetap mengutamakan pendekatan padat karya, bukan padat modal.Indonesia memiliki faktor produksi tenaga kerja relatif banyak sehingga diproduksi barang yang padat karya. Hal ini akan menaikkan upah. Sementara harga modal dan tingkat bunga akan turun.

Industri padat karya cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan, sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan upah semurah-murahnya atau gratisan.


Bisnis padat modal adalah bisnis yang menggunakan modal dalam jumlah besar, baik modal untuk kegiatan operasional ataupun pengembangan bisnis. Namun, tidak hanya itu saja. Teknologi yang digunakan dalam keberlangsungan bisnis juga terbilang canggih dan mutakhir. Jadi, bisnis padat modal cukup berbeda dengan bisnis padat karya yang cenderung menitikberatkan pada jumlah besar tenaga kerja dalam pengoperasian dan pengembangannya. Dalam skala industri, industri padat modal termasuk industri dasar misalnya industri elektronik, mesin, dan logam dasar. Oleh karenanya, proses produksi sangat bergantung dengan penggunaan mesin-mesin daripada penggunaan tenaga kerja atau sumber daya manusia.Industri padat modal biasanya hanya dijalankan oleh perusahaan besar saja. Hal ini mengingat modal awal yang dibutuhkan amat banyak. Sementara perusahaan kecil atau skala rumah tangga sangat jarang atau malah tidak mampu menjalankan bisnis skala besar seperti industri padat modal. Bisnis rumahan pun seperti katering atau bisnis rumahan lain pada umumnya termasuk dalam bisnis padat karya dan bukan bisnis padat modal.
Keunggulan
Kelemahan
Pada bidang padat modal seperti perbankan dan sejenisnya bisa mendapatkan keuntungan yang bagus. Untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih padat modal dibandingkan sektor-sektor lain. Pada negara-negara berkembang konsep yang digunakan adalah teknik produksi bersifat padat modal dan padat karya karena pada negara berkembang diperlukan modal yang besar untuk menghasilkan output dan dibutuhkan pula tenaga-tenaga profesional agar negara berkembang ini menjadi negara maju.

Industri padat modal sangat bergantung pada keahlian SDMnya. Jarang terjadi industri padat modal kolaps karena ada perubahan harga di pasar. Tapi yang jelas, industri ini akan hancur, jika tidak ada SDM berkualitas yang mampu mengembangkan teknologi maka tidak dapat berjalan dengan baik industri padat modalnya.Untuk berkarya, apapun itu, pasti membutuhkan modal, entah uang atau yang bisa dinilai dengan uang. Tapi, ini tidak berarti kalau uang itu sudah kita miliki lantas karya kita dijamin bagus. Lebih-lebih kalau uangnya tidak kita miliki. Kualitas karya tergantung pada kualitas SDM.
Industri padat modal dimanfaatkan sebagai alat untuk mendukung pertumbuhan industri dan ekonomi tinggi. Hal ini berlaku terutama bagi para perancang dan pelaksana seperti halnya industri besar. Dalam industri padat modal, penghematan energi perlu diupayakan untuk efisiensi industri. Hal ini wajar saja karena mesin-mesin berukuran besar beroperasi dengan menggunakan energi. Adapun untuk negara berkembang seperti halnya Indonesia, teknik yang cocok diaplikasikan yaitu teknik produksi padat karya. Pasalnya di negara berkembang ketersediaan tenaga kerja manusia lebih banyak dibanding modal. Mempekerjakan banyak tenaga kerja sekiranya pun akan lebih menghemat biaya operasional dibanding dengan menggunakan banyak mesin besar. Sementara di negara maju lebih cocok diterapkan teknik produksi padat modal. Hal ini karena di negara maju lebih banyak tersedia modal dibanding tenaga kerja. Selain itu, tenaga kerja di negara maju biasanya menginginkan upah atau gaji yang relatif lebih mahal.
Gimana cara pandang yang pas terhadap kedua jenis industri tersebut ?
Perlukah industri padat modal dibatasi untuk memeratakan kesejahteraan, dengan asumsi bahwa industri padat karya akan jauh berkembang jika industri padat modal dibatasi? Akankah kita perlu mengadakan peraturan khusus untuk meningkatkan industri padat modal tapi mengorbankan industri padat karya ? menurut saya cara pandang terhadap kedua jenis industri ini yaitu yang pertama adalah Industri padat karya,industri ini lebih cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan, sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan upah semurah-murahnya atau gratisan. Selanjutnya adalah industri padat modal, industri tersebut justru sebaliknya. Industri semacam ini sangat bergantung pada keahlian SDMnya. Jarang terjadi industri padat modal kolaps karena ada perubahan harga di pasar. Tapi yang jelas, industri ini akan hancur, jika tidak ada SDM berkualitas yang mampu mengembangkan teknologi.

Bagaimana cara mengembangkan keduanya dari industri padat modal dan industri padat karya?
Menurut saya langkah yang paling tepat adalah mengembangkan keduanya secara bersamaan. Industri padat modal cenderung lebih susah dikembangkan, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum bisa dipanen. Selama tahun-tahun itu (sebelum industri padat modal berbuah), industri padat karya mestinya bisa digunakan untuk mensupport kegiatan pemerintah. Jika industri padat modal telah tumbuh, teknologi yang dipanen dari industri tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan level produksi industri padat karya. Kita sebagai warga indonesia yang baik seharusnya wajib untuk mensupport kedua jenis industri ini, pemerintah harusnya bisa membangun spiral kesejahteraan (makin lama, rakyat makin sejahtera). Kl hanya berpegang pada salah satu industri, nasib kita mah ga akan beranjak jauh dari sekarang (harga minyak naik, harga barang naik, investor kabur ke Vietnam, PHK dimana-mana.
Contoh Industri Padat Modal dan Industri Padat Karya :
Industri merupakan suatu usaha atau bisnis dengan kegiatan utama mengelola bahan mentah ataupun setengah jadi menjadi produk jadi yang bernilai tambah dan bisa memberikan keuntungan. Berdasarkan ketersediaan modalnya industri dibedakan menjadi 2 yaitu industri padat modal dan industri padat karya yang mana perbedaan keduanya sudah sekilas diberikan di atas.
Industri atau bisnis padat modal memproduksi barang atau jasa menggunakan input modal dengan porsi lebih besar dan jumlah tenaga kerja relatif kecil. Berbeda dengan industri padat karya, kalau industri padat karya tidak harus memiliki mesin yang canggih untuk memproduksi suatu barang, lebih menggunakan SDM namun tentu saja SDM yang digunakan adalah yang berkualitas. Jadi perlu digarisbawahi, industri padat modal memang lebih menitikberatkan penggunaan mesin dibanding tenaga kerja, tetapi tidak lantas berarti industri padat modal tidak menggunakan tenaga kerja sama sekali.

Berikut adalah contoh-contoh usaha industri padat modal dan industri padat karya:
v  Industri Padat Modal:
1.    Industri sepeda motor
2.    Industri mobil
3.    Industri alat-alat pertambangan
4.    Industri Elektronik
5.    Industri pesawat
6.    Industri minyak dan gas bumi
v  Industri Padat Karya:
1.    Industri Tempe
2.    Industri sepatu
3.    Industri Tas
4.    Industri Dompet Kulit
5.    Industri makanan dan minuman
6.    Organisasi ibu-ibu PKK

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP 2015

PEREKONOMIAN INDONESIA (AE)

Kamis, 20 April 2017

Permasalahan Pertanian Pangan Di Indonesia Dan Prinsip - Prinsip Pertanian Berkelanjutan

         


         Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan ini  merupakan masalah nasional yang perlu diperhatikan secara menyeluruh.
       Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak akan terjadi jika tidak terjadi kelangkaan pangan. Seperti yang diketahui masalah komoditi pangan utama masyarakat Indonesia adalah adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Sebenarnya dulu kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap semua daerah di Indonesia tidak mengonsumsi beras. Makanan utama di beberapa daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Bahan makanan utama masyarakat Madura dan Nusa Tenggara adalah jagung. Masyarakat Maluku dan Irian Jaya mempunyai makanan utamanya sagu. Dan beras adalah makanan utama untuk masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sualwesi walaupun ada juga yang menjadikan singkong, ubi dan sorgum sebagai bahan makanan utama. Tetapi seluruh hal tersebut berubah total setelah pemerintah orde baru dengan Swasembada Berasnya secara tidak langsung memaksa orang yang bisaa mengkomsumsi bahan makanan non beras untuk mengkonsumsi beras.
           Yang terjadi selanjurnya adalah muncul lonjakan konsumsi/kebutuhan beras nasional sampai sekarang sehingga memaksa pemerintah untuk impor beras. Padahal jika tiap daerah tetap bertahan dengan makanan utama masing-masing maka tidak akan muncul kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lainpun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia terlenyapkan demi progran Swasembada Beras. Masalah pangan ini harus segera diatasi karena menyangkut dengan kebutuhan semua orang terutama di Indonesia. Selain itu masalah-masalah lain yang terkait dengan pangan ini juga diperlukan solusi agar nantinya dapat menunjang kelancaran
         Pembangunan pertanian itu pada dasarnya adalah pembangunan manusianya, kondisi sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di Indonesia saat ini terkendala pada kondisi sumber daya manusia yang mau bergerak dan mencintai pertanian lagi, dari kondisi yang ada saat ini maka kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian harus kita dukung dengan upaya-upaya yang sangat signifikan bisa mengungkit produksi, salah satunya bahwa Pak Menteri menyatakan bahwa kita harus swasembada pangan dalam 3 tahun ke depan (Padi, Jagung , Kedelai) kemudian ditambah lagi beberapa komoditas cabai, bawang, dan holtikultura lainnya serta termasuk juga daging dan tepung. Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua salah satu yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya tenaga kerja, yang kedua semakin berkurangnya minat generasi muda untuk turun kedunia pertanian. Solusi dari Kementrian Pertanian yang pertama adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.

            Modernisasi pertanian adalah merupakan jawaban sehingga komitmen Kementerian Pertanian semenjak Pak Menteri dilantik dalam Kabinet Kerja sudah mencanangkan bahwa mekanisasi pertanian akan di dorong dalam rangka menunjang peningkatan produksi pangan kita, bantuan alat dan mesin pertanian kita harapkan mampu mengatasi kesulitan tenaga kerja baik olah tanah , alat panen , alat tanam , dan ini semua harus dikelola dalam manajemen usaha yang menguntungkan. Tidak semata-mata alat ini di investasikan oleh pemerintah kepada masyarakat hanya untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja mengolah tanah , kesulitan tenaga kerja untuk memanen, untuk menanam tetapi ini dikelola dalam satu unit usaha yang menguntungkan karena bisnis jasa alat dan mesin pertanian ini memberikan keuntungan yang saat baik sehingga harapan kita dengan mekanisasi pertanian ini generasi muda akan mau kembali lagi mencintai pertaniannya.



5 Prinsip Untuk Menjalankan Pertanian Berkelanjutan:
1.    Pertanian adalah budaya, pertanian adalah kehidupan
Bertani secara organik seharusnya tidak dilakukan hanya semat-mata karena faktor nilai ekonomi  atau faktor kesehatan saja. Dalam sejarah pertanian di Indonesia, nenek moyang kita melakukan aktivitas bertani karena masalah kehidupan. Tidak bicara bagaimana bertani untuk mendapatkan keuntungan materi. Dalam perkembangannya dunia pertanian kita mengalami pergeseran nilai dan sistem dari pertanian untuk kehidupan menuju pertanian yang berorientasi pasar. Bertani secara organik seharusnya didasarkan pada nilai budaya kehidupan bukan hanya didasarkan masalah ekonomi pasar saja. Sebab yang namanya hidup haruslah terus-menerus dari generasi ke generasi. Tidak dilakukan pada waktu sesaat saja, tergantung pada permintaan pasar saja, tetapi berdasarkan pada kebutuhan hidup yang berkelanjutan.
2.     Keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya
Salah satu penyebab rusaknya pertanian di Indonesia saat ini adalah faktor rusaknya lingkungan hidup. Artinya bahwa, sering tidak kita sadari pola atau sistem pertanian yang selama ini dikembangkan di negara kita ternyata membawa dampak terhadap lingkungan. Mulai dari tanah, air, udara, bahkan sampai tanaman dan makhluk hidup lain sudah tercemari bahan-bahan kimia yang tentu saja tidak ramah terhadap lingkungan. Pertanian organik dikembangkan dalam rangka menjaga kelestarikan lingkungan karena itu dalam penerapannya selalu memperhatikan prinsip ekologi, dengan selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem.

Prinsip-Pinsip ekologi yang diterapkan dalam praktek pertanian berkelanjutan yaitu :
·         Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah
·         Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara melalui, fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani
·         Membatasi kehilangan akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro pengelolaan air dan pencegahan erosi
·         Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman
·         Pemanfaatan sumber genetika yang saling mendukung dan bersifat sinergis dengan cara mengkombinasikan fungsi karagaman sistem pertanian berkelanjutan. 
3.     Membangun kemandirian
Ketergantungan terhadap asupan dari luar (benih, pupuk dan obat-obatan kimia) merupakan masalah yang saat ini dihadap petani. Harga benih, pupuk maupun obat-obatan kimia melambung tinggi belum lagi ketersediaannya yang terkadang langka,   sementara harga produksi pertanian relatif tetap membuat kehidupan petani semakin terpuruk. Pertanian berkelanjutan saat ini merupakan jalan atau upaya yang tepat untuk membangun kemandirian petani. Dengan demikian petani mampu melepas ketergantungan terhadap asupan luar. Semua kebutuhan sarana produksi harus disediakan sendiri oleh petani dengan menggunakan sumber alam dan lingkungan. Bank benih harus dimiliki oleh petani, dengan begitu petani bebas mangakses benih tanpa tergantung pada monopoli oleh perusahaan benih. Untuk menghilangkan ketergantungannya pada pupuk, petani dapat memproduksi sendiri pupuk-pupuk organik, dimana bahan-bahan bakunya telah tersedia di alam sekitar, sedangkan untuk pengendalian hama petani dapat mengatasinya dengan cara  selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem atau dapat pula dengan membuat larutan nabati yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pertanian organik menjadi senjata petani untuk membangun kembali kemandirian, kemerdekaan dan mendapatkan hak-haknya untuk bisa menentukan sendiri tanaman yang ingin ditanamnya, bebas dari ketergantungan teknologi, sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem.
4.     Utamakan pemenuhan lokal
Dalam bahasa sederhana kedaulatan pangan, setidaknya itulah yang menjadi tujuan dari bertani secara organik, yaitu memenuhi sendiri kebutuhan pangan keluarga. “Tanamlah semua tanaman yang bisa kau makan dan makanlah dari hasil tanaman yang bisa kau tanam”. Ungkapan ini menerangkan dengan jelas bahwa pangan merupakan hal yang penting bagi keluarga tani. Tanaman pangan inilah yang menjadi kebutuhan untuk mencukupi pangan keluarga tani. Dengan bertani secara organik akan menghasilkan produk yang mutunya lebih baik diantaranya rasanya lebih enak, lebih awet disimpan dan pastinnya lebih sehat dan aman bagi karena tidak mengandung bahan-bahan kimia. Setelah kebutuhan pangan keluarga tercukupi, selanjutnya petani dapat memasarkan hasil pertaniannya untuk mencukupi kebutuhan lainnya.
5.     Merupakan Sebuah Gerakan
Sesuai dengan istilahnya, yaitu gerakan sosial maka pelaku dari gerakan ini dalam konteks pertanian organi adalah petani sendiri. Petani melakukan pengorganisasian terhadap konsumen, buruh, nelayan atau bahkan pemuda. Hal ini penting untuk dilakukan supaya gerakan pertanian organik menjadi gerakan yang meluas. Sesuai dengan sifat dari penindasan di dunia pertanian yang bersifat global saat ini, melakukan pertanian organik sebagai gagasan, prinsip, nilai-nilai dan tujuan yang radikal. Bukan hanya pada persoalan trend atau kecenderungan pasar organik nasional dan internasional. Konsep pertanian organik harus dilihat sebagai konseptual untuk menggantikan konsep pertanian konvensional (Revolusi Hijau) yang dikembangkan oleh kekuatan neoliberalisme. Bertani secara organik berarti melepas ketergantungan diri dari kekuatan luar dan inilah ciri dari gerakan sosial.

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP 2015
PEREKONOMIAN INDONESIA/AE

Jumat, 14 April 2017

BONUS DEMOGRAFI



Agar kiranya bagi kebanyakan pembaca dapat sedikit memahami apa definisi dari bonus demografi.
1. Menurut Wongboonsin (2003), dalam paparan kepala BKKBN Nasonal Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK di Univeritas Undayana Provinsi Bali. Mengartikan bonus demografi (demographic dividen) sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya sebuah rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang. Fartilitas disini bisa dikatakan sebagai kemampuan riil seoarang wanita untuk melahirkan (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ; 1981)
2. Menurut Tifatul Sembiring (Kominfo, 2014), mengartikan bonus demografi sebagai keadaan dimana struktur penduduk didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15 -64 Tahun) sehingga keadaan ini tentu akan sangat langka dialami oleh suatu Negara, bahkan kata Tifatul Sembiring, peluang bonus demografi hanya sekali datang dalam seumur bangsa yang ada diseluruh dunia.
3. Menurut BKKBN (2013) pengeratian bonus demografi adalah keuntungan yang dinikmati suatu negara yang ada di dunia ini sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialami oleh negaranya tersebut.
4. Menurut Ilmu Ekonomi (2016), pengertian bonus demografi adalah fenomena penting yang di alami oleh suatu negara karena kondisi jumlah penduduknya yang dinilai bahwa usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia belum produktif (usia muda di bawah 15 tahun) dan usia tidak produktif (usia di atas 60 tahun) sudah semakin kecil.
Menanggapi dua definisi diatas, bisa didapatkan parameter penting yang digunakan untuk mengartikan bonus demografi. Parameter pertama tentang pengertian bonus demografi, memiliki arti dimana keadaan Negara yang menggambarkan perbandingan jumlah penduduk usia produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari dari 64 tahun) lebih sedikit dan penduduk usia produktif (lebih dari 15 tahun hingga 64 tahun) lebih dominan. Hal yang menjadi parameter kedua, dalam mengartikan bonus demografi sebagai keadaan ekonomis yang dinilai menjadi jendela kesempatan “bonus demografi” sehingga akan membawa dalam keuntungan (demographic dividen) atau bisa pula menjadi beban demografi (demographic Burden).

Demikian Pengertian Bonus Demografi Menurut Para Ahli, semoga dengan cara memahami Pengertian Bonus Demografi Menurut Para Ahli ini, kita akan mempersiapkan bonus demografi dimasa yang akan datang dengan penuh semangat.
Pengertian bonus demografi adalah keuntungan yang dinikmati suatu negara yang ada di dunia ini sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialami oleh negaranya tersebut. Bonus demografi adalah suatu fenomena dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangu-nan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak. Oleh karena itu, bonus demografi dapat menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia, dengan syarat pemerintah harus menyiapkan generasi muda yang ber-kualitas tinggi SDM-nya melalui pendidikan, pelatihan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi.
Dengan demikian, pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 80 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif, sehingga akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. Namun, jika bangsa Indonesia tidak mampu menyiapkan kejadian ini, yakni akan terjadinya bonus demografi, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM, baik dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai, maka akan terjadi permasalahan, yaitu terjadinya pengang-guran yang besar dan akan menjadi beban Negara (www.bkkbn.go.id, 2009)

PELUANG ATAU ANCAMAN ???
Wacana tentang bonus demografi hangat didiskusikan di forum ilmiah, seminar beberapa waktu yang lalu. Untuk iitulah diskusi tentang bonus demografi perlu di apresiasi karena merupakan peluang yang tak mungkin terjadi kembali dalam satu generasi. Peluang bonus demografi harus bisa dijadikan momentum bersama bagi semua pihak agar kita tidak terlibat dalam persoalan yang tak kunjung selesai.Dalam ekonomi kependudukan dikenal sebagai istilah transisi demografi yaitu sebuah konsep mengenai proses penurunan angka kelahiran sampai terciptanya tingkat populasi yang stabil. Transisi demografi akan mengubah struktur usia dari populasi penduduk, dimana proporsi penduduk muda ( usia 0-14 tahun) mengalami penurunan, proporsi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) meningkat pesat, dan proporsi penduduk usia tua (66 tahun keatas) meningkat perlahan. Definisi tentang bonus demografi merupakan keuntungan secara ekonomis, disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya sehingga sumberdaya dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Agi indonesia ada rentan waktu 7-17 tahun lagi untuk memersiapkan modal manusia agar dapat memanfaatkan peluang emas periode 2020-2030. Caranya menanamkan investasi modal manusia untuk menggantukan angkatan kerja yang berpendidikan rendah dengan angkatan kerja baru yang memiliki pendidikan keterampilan yang lebih baik.
Indonesia akan memasuki fase emas yang disebut bonus demografi selama 10 tahun kedepan diprediksi terjadi pada periode 2020-2030 dengan angka dependency ratio berkisar antara 0,4 - 0,5 ini berarti 10 orang usia produktif hanya menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.
Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Prof Dr Sri Moertiningsih Adioetomo, Indonesia sudah mendapat Bonus Demografi mulai 2010 dan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030. Ada tiga fase yang terjadi dengan hadirnya Bonus Demogrfi di Indonesia.
1. Fase pertama, angka kelahiran dan kematian melaju dengan sangat tinggi.
2. Fase kedua, meningkatnya kebutuhan hidup rakyat Indonesia sehingga angka kematian menjadi menurun dan angka kelahiran menjadi bertambah.

3. Fase ketiga, angka kematian rendah disebabkan oleh gaya hidup (life style) sehingga membuat angka kelahiran menjadi turun. Inilah fase yang disebut sebagai window of opportunity (jendela kesempatan) saat jumlah penduduk produktif yang banyak itu dapat diakumulasikan memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan karena meningkatnya total investasi yang berimplikasi langsung terhadap kesejahteraan dalam skala komunal serta dapat dinikmati dalam jangka panjang.
Dengan melihat data diatas, bonus demografi yang sebentar lagi menghampiri indonesia harus dijadikan momentum emas bagi maysrakat khususnya pemerintah. Alokasi dana pendidikan 20 % dan APBN harus se optmal mungkin digunakan dan dikelola.Dalam hal pendidikan masih saja ada rakyat miskin yang tak tersentuh program wajib belajar 9 tahun karena kapitalisasi lembaga pendidikan yang hanya memberi kesempatan kepada kelompok kaya. Jadi tak mengeherankan jika saja ada anak di negeri ini yang lebih memilih bekerja dalam usia dini karena mahalnya biaya pendidikan.
Selanjutnya, Bonus Demografi tanpa diikuti pendidikan yang merata dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai akan menjadikan ancaman bagi Indonesia. Karena itu, pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan nasional harus cekatan dalam menempatkan penduduk Indonesia dewasa yang melimpah sebagai kekuatan yang potensial dengan menempatkan program pendidikan nasional sebagai pilar utama pembagunanan nasional (Sumber Daya Manusia).
Melihat data di atas begitu amat fantastisnya, asal saja pemerintah fokus memberikan jaminan pendidikan kepada generasi muda. Menurut Prof Richey dalam bukunya Planning for teaching, an Introduction to Education menjelaskan bahwa pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jika pemerintah berhasil membelanjakan alokasi dana APBN sebesar 20 persen dalam sektor pendidikan dipastikan akan terjadi perubahan yang signifikan pada dunia pendidikan kita yang mendorong terjadinya keberhasilan Bonus Demografi. Untuk itulah pendidikan harus murah dan terjangkau untuk masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Pendidikan jangan dijadikan komoditas barang eksklusif agar seluruh elemen masyarakat bisa menikmatinya. Dengan demikian terciptalah generasi emas yang siap menghadapi tantangan pada era Bonus Demografi pada tahun 2020-2030.

PELUANG,Kalau kita lihat sekilas Indonesia dihadapkan pada tantangan yang berat dan serius. Salah satunya adalah daya saing Indonesia yang kembali turun. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. The Global Competitiveness Index yang dirilis oleh World Economic Forum (28/5/2013) menempatkan Swiss sebagai negara yang paling kompetitif dengan skor 5,72. Sementara itu, posisi kedua ditempati Singapura dengan skor 5,67. Penurunan posisi daya saing itu menegaskan bahwa Indonesia masih menghadapi masalah serius. Di tengah kompetisi global, Indonesia perlu mematangkan strategi baru untuk meningkatkan daya saing sebagai prasyarat mutlak kemajuan.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang. Artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Itulah sebabnya, strategi terhadap pembangunan pemuda memiliki arti penting. Jika menggunakan basis data proyeksi jumlah pemuda versi BPS di atas, maka secara umum persebaran jumlah pemuda di Pulau Jawa menempati posisi pertama dengan persentase 57,94 persen. Kemudian, Pulau Sumatera dan sekitarnya memiliki persentase 21,71 persen, Pulau Sulawesi dan sekitarnya (8,13 persen), Pulau Kalimantan (5,78 persen), Pulau Bali dan Nusa Tenggara (5,2 persen) dan Papua (1,2 persen). Persebaran pemuda di setiap wilayah itu harus menjadi landasan dalam menggulirkan kebijakan pemuda di setiap wilayah.
Untuk itulah, dalam konteks daya saing bangsa, Bonus Demografi itu harus dilihat sebagai peluang untuk mencapai visi 'Indonesia 2050' di era 2020-2030 (Harian Waspada Medan .14/12/2011) yang pernah penulis muat di Harian Waspada Medan. Melihat peluang di atas kita menaruh harapan kepada generasi muda sebagai duta perubahan masa depan untuk terjun dan aktif dalam menyongsong pembangunan nasional kedepan. Aktivitas generasi muda harus diarahkan dengan grand design yang jelas dan bukan diposisikan sebagai event sesaat sehingga kerangka pembangunan pemuda mempunyai visi yang jelas.
Tantangan, untuk mencapai ketahanan ekonomi, kalau kita lihat menurut pandangan para ahli maka salah satu keharusan bagi setiap bangsa memertahankan kedaulatannya dalam abad XXI ialah memenuhi tiga tuntutan secara simultan. Pertama, mencapai ketahanan militer untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Kedua, memenuhi kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomis dari penduduknya, dan ketiga, menjamin kebutuhan yang berkelanjutan adil dan merata.
Menurut hemat penulis dari ketiga tantangan besar di atas, kalau kita sebagai bangsa yang besar harus mampu menjaga kepentingan nasional (national interest) kita di atas kepentingan segalanya. Di sinilah diperlukan hadirnya seorang pemimpin sebagai kepala pemerintahan atau kepala negara yang mempunyai jiwa rasa memiliki (sense of belonging) dari apa yang kita miliki selama ini. Kekayaan sumber daya alam kita yang begitu melimpah ruah menjadi modal besar dalam mencapai pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kemudian kekuatan ekonomi yang semakin membaik kalau dilihat dari data statistik menjadikan Indonesia akan diperhitungkan dalam kancah pergaulan perdagangan internasional. Dalam hal ini dua lembaga terkenal yaitu Goldman Sach dan Price Water House Coopers (PWC) memprediksikan peta kekuatan ekonomi dunia akan berubah dimana kekuatan ekonomi baru akan mendominasi dan menggeser kekuatan ekonomi lama.
PWC sendiri membuat prsediksi berjudul The World in 20150, pada maret 2010 lalu disana tertuliskan ada kelompok negara yang dsebut E -7 The Emerging Seven yang terdiri dari tujuh negara berkembang yaitu china india, Brazil, Rusia Indonesia, Meksiko dan Turki. Kelompok ini diprediksi akan melampaui kekuatan ekonomi negara-negara G-7 sekarang, pada tahun 2050. Meskipun target dari kedua prediksi tersebut masihlama yakni sekitar kurang lebih 40 tahun lagi, namun tanda-tanda kebangkitan kekuatan ekonomi baru dan peluang Bonus Demografi sudah dapat dilihat.

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ E.P 2015
PEREKONOMIAN INDONESIA / AE

Minggu, 02 April 2017

Sustainable Development Goals

Apa itu Sustainable Development Goals?
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi . Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015.

Latar Belakang:
Agenda pembangunan berkelanjutan yang baru dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk aksi nyata. Konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan lahir pada Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB, Rio+20, pada 2012 dengan menetapkan rangkaian target yang bisa diaplikasikan secara universal serta dapat diukur dalam menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan; lingkungan,  sosial, dan ekonomi. Agenda 2030 terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) atau Tujuan Global, yang akan menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan (2030). Untuk mengubah tuntutan ini menjadi aksi nyata, para pemimpin dunia bertemu pada 25 September 2015, di Markas PBB di New York untuk memulai Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.

Tujuan ini diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam proposal ini terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang meliputi masalah masalah pembangunan yang berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan, pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta melindungi hutan dan laut


Tujuan Sustainable Development Goals:
1.

Tanpa Kemiskinan
Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
2
Tanpa kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan
3.
Kehidupan sehat dan sejahtera
Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia
4.
Pendidikan berkualitas
Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang
5.
Kesetaraan gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan
6.
Air bersih dan sanitasi layak
Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua masyarakat
7.
Energi bersih dan terjangkau
Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua.
8.
Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua.
9.
Industri, inovasi dan infrastruktur
Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi.
10.
Berkurangnya kesenjangan
Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
11.
Kota dan komunitas berkelanjutan
Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.

12.
Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13.
Penanganan perubahan iklim
Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
14.
Ekosistem laut
Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan
15.
Ekosistem daratan
Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
16.
Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif
17.
Kemitraan untuk mencapai tujuan
Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.


Perbedaan SDGs dan MDGs:
SDGs merupakan kelanjutan dari program pembangunan berkelanjutan MDGs, yang tentu terdapat beberapa perbedaan antar SDGs dan MDGs. Berbeda dengan MDGs yang hanya memiliki 8 tujuan, SDGs mimiliki 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 target oelh karena itu SDGs memiliki cakupan yang lebih luas dan akan mampu lebih tanggap atas penyebab utama kemiskinan serta kebutuhan universal. Tujuan SDGs mencakup tiga dimensi dari pembangunan berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonmi inklusi sosial, serta perlindungan terhadap lingkungan. SDGs dibuat berdasarkan momentum dan keberhasilan MDGs. Tujuan SDGs mencakup lebih banyak aspek kehidupan yang diiringi dengan ambsii untuk menanggapi perubahan iklim,ketidaksetraan, pekerjaan yang layak, pertumbuhan ekonomi, kota dan pemukiman masyraka, energi industrialisasi, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, keadilan dan perdamaiaan.
Tujuan serta target SDGs akan selalu di monitor dan ditinjau menggunakan indikator-indikator global. Dan kerangka kerja indikator global tersebut akan terus dikembangkan oleh kelompok lintas badan dan ahli,serta akan disepakati oleh Komisi Statistik PBB pada bulan maret 2016.Selain itu pemerintah juga akan turut serta mengembangkan indikator-indikator nasional guna membantu memantau kemajuan dalam mencapai tujuan dan target SDGs. Selanjutnya tindak lebih lanjut dalam proses peninjauaan akan dilaksanakan setiap tahun oleh Forum Tingkat Tinggi Politik tentang pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan sebuah laporan kemajuan SDG yang dipersiapkan oleh sekretaris jenderal. Seperti yang sudah diuraikan dalam agenda aksi addis Ababa, cara serta sarana implementasi SDGs akan dipantau dan ditinjau untuk memastikan  bahwa sumber daya keuangan di mobilisasi secara efektif untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan SDGs. Selanjutnya, menanggapi kebutuhan teknologi negara-negara berkembang, mekanisme fasilitasi teknologi dikeluarkan pada  pertemuan tingkat tinggi dan peran sentral dari kerja sama teknologi dengan tujuan mencapai pembangunan berkelanjutan in,seluruh negara menyetujui mekanisme tersebut pada konferensi Pembiayaan untuk Pembangunan.
Sumber: Litbang Depkes RI dan International Labour Organization (ILO)

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP
PEREKONOMIAN INDONESIA / AE