Kamis, 20 April 2017

Permasalahan Pertanian Pangan Di Indonesia Dan Prinsip - Prinsip Pertanian Berkelanjutan

         


         Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan ini  merupakan masalah nasional yang perlu diperhatikan secara menyeluruh.
       Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak akan terjadi jika tidak terjadi kelangkaan pangan. Seperti yang diketahui masalah komoditi pangan utama masyarakat Indonesia adalah adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Sebenarnya dulu kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap semua daerah di Indonesia tidak mengonsumsi beras. Makanan utama di beberapa daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Bahan makanan utama masyarakat Madura dan Nusa Tenggara adalah jagung. Masyarakat Maluku dan Irian Jaya mempunyai makanan utamanya sagu. Dan beras adalah makanan utama untuk masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sualwesi walaupun ada juga yang menjadikan singkong, ubi dan sorgum sebagai bahan makanan utama. Tetapi seluruh hal tersebut berubah total setelah pemerintah orde baru dengan Swasembada Berasnya secara tidak langsung memaksa orang yang bisaa mengkomsumsi bahan makanan non beras untuk mengkonsumsi beras.
           Yang terjadi selanjurnya adalah muncul lonjakan konsumsi/kebutuhan beras nasional sampai sekarang sehingga memaksa pemerintah untuk impor beras. Padahal jika tiap daerah tetap bertahan dengan makanan utama masing-masing maka tidak akan muncul kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lainpun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia terlenyapkan demi progran Swasembada Beras. Masalah pangan ini harus segera diatasi karena menyangkut dengan kebutuhan semua orang terutama di Indonesia. Selain itu masalah-masalah lain yang terkait dengan pangan ini juga diperlukan solusi agar nantinya dapat menunjang kelancaran
         Pembangunan pertanian itu pada dasarnya adalah pembangunan manusianya, kondisi sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di Indonesia saat ini terkendala pada kondisi sumber daya manusia yang mau bergerak dan mencintai pertanian lagi, dari kondisi yang ada saat ini maka kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian harus kita dukung dengan upaya-upaya yang sangat signifikan bisa mengungkit produksi, salah satunya bahwa Pak Menteri menyatakan bahwa kita harus swasembada pangan dalam 3 tahun ke depan (Padi, Jagung , Kedelai) kemudian ditambah lagi beberapa komoditas cabai, bawang, dan holtikultura lainnya serta termasuk juga daging dan tepung. Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua salah satu yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya tenaga kerja, yang kedua semakin berkurangnya minat generasi muda untuk turun kedunia pertanian. Solusi dari Kementrian Pertanian yang pertama adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.

            Modernisasi pertanian adalah merupakan jawaban sehingga komitmen Kementerian Pertanian semenjak Pak Menteri dilantik dalam Kabinet Kerja sudah mencanangkan bahwa mekanisasi pertanian akan di dorong dalam rangka menunjang peningkatan produksi pangan kita, bantuan alat dan mesin pertanian kita harapkan mampu mengatasi kesulitan tenaga kerja baik olah tanah , alat panen , alat tanam , dan ini semua harus dikelola dalam manajemen usaha yang menguntungkan. Tidak semata-mata alat ini di investasikan oleh pemerintah kepada masyarakat hanya untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja mengolah tanah , kesulitan tenaga kerja untuk memanen, untuk menanam tetapi ini dikelola dalam satu unit usaha yang menguntungkan karena bisnis jasa alat dan mesin pertanian ini memberikan keuntungan yang saat baik sehingga harapan kita dengan mekanisasi pertanian ini generasi muda akan mau kembali lagi mencintai pertaniannya.



5 Prinsip Untuk Menjalankan Pertanian Berkelanjutan:
1.    Pertanian adalah budaya, pertanian adalah kehidupan
Bertani secara organik seharusnya tidak dilakukan hanya semat-mata karena faktor nilai ekonomi  atau faktor kesehatan saja. Dalam sejarah pertanian di Indonesia, nenek moyang kita melakukan aktivitas bertani karena masalah kehidupan. Tidak bicara bagaimana bertani untuk mendapatkan keuntungan materi. Dalam perkembangannya dunia pertanian kita mengalami pergeseran nilai dan sistem dari pertanian untuk kehidupan menuju pertanian yang berorientasi pasar. Bertani secara organik seharusnya didasarkan pada nilai budaya kehidupan bukan hanya didasarkan masalah ekonomi pasar saja. Sebab yang namanya hidup haruslah terus-menerus dari generasi ke generasi. Tidak dilakukan pada waktu sesaat saja, tergantung pada permintaan pasar saja, tetapi berdasarkan pada kebutuhan hidup yang berkelanjutan.
2.     Keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya
Salah satu penyebab rusaknya pertanian di Indonesia saat ini adalah faktor rusaknya lingkungan hidup. Artinya bahwa, sering tidak kita sadari pola atau sistem pertanian yang selama ini dikembangkan di negara kita ternyata membawa dampak terhadap lingkungan. Mulai dari tanah, air, udara, bahkan sampai tanaman dan makhluk hidup lain sudah tercemari bahan-bahan kimia yang tentu saja tidak ramah terhadap lingkungan. Pertanian organik dikembangkan dalam rangka menjaga kelestarikan lingkungan karena itu dalam penerapannya selalu memperhatikan prinsip ekologi, dengan selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem.

Prinsip-Pinsip ekologi yang diterapkan dalam praktek pertanian berkelanjutan yaitu :
·         Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah
·         Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara melalui, fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani
·         Membatasi kehilangan akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro pengelolaan air dan pencegahan erosi
·         Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman
·         Pemanfaatan sumber genetika yang saling mendukung dan bersifat sinergis dengan cara mengkombinasikan fungsi karagaman sistem pertanian berkelanjutan. 
3.     Membangun kemandirian
Ketergantungan terhadap asupan dari luar (benih, pupuk dan obat-obatan kimia) merupakan masalah yang saat ini dihadap petani. Harga benih, pupuk maupun obat-obatan kimia melambung tinggi belum lagi ketersediaannya yang terkadang langka,   sementara harga produksi pertanian relatif tetap membuat kehidupan petani semakin terpuruk. Pertanian berkelanjutan saat ini merupakan jalan atau upaya yang tepat untuk membangun kemandirian petani. Dengan demikian petani mampu melepas ketergantungan terhadap asupan luar. Semua kebutuhan sarana produksi harus disediakan sendiri oleh petani dengan menggunakan sumber alam dan lingkungan. Bank benih harus dimiliki oleh petani, dengan begitu petani bebas mangakses benih tanpa tergantung pada monopoli oleh perusahaan benih. Untuk menghilangkan ketergantungannya pada pupuk, petani dapat memproduksi sendiri pupuk-pupuk organik, dimana bahan-bahan bakunya telah tersedia di alam sekitar, sedangkan untuk pengendalian hama petani dapat mengatasinya dengan cara  selalu mempertahankan keseimbangan ekosistem atau dapat pula dengan membuat larutan nabati yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pertanian organik menjadi senjata petani untuk membangun kembali kemandirian, kemerdekaan dan mendapatkan hak-haknya untuk bisa menentukan sendiri tanaman yang ingin ditanamnya, bebas dari ketergantungan teknologi, sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem.
4.     Utamakan pemenuhan lokal
Dalam bahasa sederhana kedaulatan pangan, setidaknya itulah yang menjadi tujuan dari bertani secara organik, yaitu memenuhi sendiri kebutuhan pangan keluarga. “Tanamlah semua tanaman yang bisa kau makan dan makanlah dari hasil tanaman yang bisa kau tanam”. Ungkapan ini menerangkan dengan jelas bahwa pangan merupakan hal yang penting bagi keluarga tani. Tanaman pangan inilah yang menjadi kebutuhan untuk mencukupi pangan keluarga tani. Dengan bertani secara organik akan menghasilkan produk yang mutunya lebih baik diantaranya rasanya lebih enak, lebih awet disimpan dan pastinnya lebih sehat dan aman bagi karena tidak mengandung bahan-bahan kimia. Setelah kebutuhan pangan keluarga tercukupi, selanjutnya petani dapat memasarkan hasil pertaniannya untuk mencukupi kebutuhan lainnya.
5.     Merupakan Sebuah Gerakan
Sesuai dengan istilahnya, yaitu gerakan sosial maka pelaku dari gerakan ini dalam konteks pertanian organi adalah petani sendiri. Petani melakukan pengorganisasian terhadap konsumen, buruh, nelayan atau bahkan pemuda. Hal ini penting untuk dilakukan supaya gerakan pertanian organik menjadi gerakan yang meluas. Sesuai dengan sifat dari penindasan di dunia pertanian yang bersifat global saat ini, melakukan pertanian organik sebagai gagasan, prinsip, nilai-nilai dan tujuan yang radikal. Bukan hanya pada persoalan trend atau kecenderungan pasar organik nasional dan internasional. Konsep pertanian organik harus dilihat sebagai konseptual untuk menggantikan konsep pertanian konvensional (Revolusi Hijau) yang dikembangkan oleh kekuatan neoliberalisme. Bertani secara organik berarti melepas ketergantungan diri dari kekuatan luar dan inilah ciri dari gerakan sosial.

RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP 2015
PEREKONOMIAN INDONESIA/AE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar