Assalamualaikum
WR.WB
Pada
minggu ini saya akan membahas tentang desain kebijakan ekonomi yang ada di
indonesia. Di Indonesia kebijakan ekonomi tidak lepas dari pemerintah yang
memegang ahli kendali dari segala sesuatu, semua kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintah tidak sembarangan dalam hal membuatnya melainkan membuat kebijakan
untuk keberlangsungan Indonesia sendiri agar dapat menjamin bahwa kebijkan
tersebut dapat diterapkan yang dapat membuat menjadi Indonesia lebih stabil
dalam system ekonomi, lebih banyak menyediakan barang dan jasa publik serta
dalam pemerataan distribusi agar tejadinya Indonesia yang lebih maju agar tidak
terjadi krisis ekonomi.
Krisis
ekonomi atau yang bisa dibilang dengan Krismon (Krisis Moneter) yang merupakan
kondisi dimana menurunnya tingkat ekonomi suatu negara. Di Indonesia sendiri
krisis ekonomi sudah terjadi sebelum pada tahun 1997 yang merupakan krisis
moneter yakni melumpuhkan kegiatan ekonomi karena banyaknya perusahaan yang
tutup serta meningkatnya jumlah pekerja yang mulai menganggur karena
tertutupnya lapangan pekerjaan tersebut, factor yang dapat menyebabkan krisis
ekonomi pada tahun 1997 pada tahun tersebut nilai tukar rupiah terhadap mata
uang US dollar menurun dalam hal ini dikarenakan ketimpangan tersendiri dari
pemerintah dalam transparansinya dalam mengelola keuangan negara oleh karena
itu pemerintah yang sekarang harus dapat mengelola agar tidak terjadi krisis
moneter pada tahun berikutnya.Kita ambil salah satu contoh kebijakan ekonomi
yang dapat meminimalisir krisis ekonomi yang terjadi di indonesia adalah dengan
adanya subsidi untuk UMKM di indonesia berikut penjelasan dari berita yang saya
kuti dari internet mengenai informasi subsidi UMKM di indonesia
Kebijakan
Ekonomi di Indonesia salah satunya Subsidi UMKM, dimana bagi yang memiliki
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan memberikan subsidi bunga kredit.
“(Bunga kredit) yang dulunya 22-23% menjadi 12%” kata Jokowi.
Darmin
menambahkan bahwa pemerintah akan menjadikan koperasi sebagai mitra UMKM,
dengan membantu permodalan UMKM. Maret 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran
penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,397. Memang tak
bisa dipungkiri jika pembangunan ekonomi nyatanya tidak bergerak linier dengan
pembangunan sosial. Realitas menunjukan jika masalah sosial seperti kemiskinan
dan kesenjangan sosial banyak ditemukan di negara-negara yang justru mengalami
pertumbuhan ekonomi. Kapitalisme dan modernitas yang menjadi acuan para pemikir
ekonomi dinilai lebih banyak menguras modal sosial daripada menghasilkannya.
Desain
Paket Kebijakan Ekonomi dinilai hanya berorientasi pada insentif perbaikan
ekonomi jangka menengah dan panjang. Memang ada insentif untuk jangka pendek,
namun itu semua sangat terbatas. Maksudnya dari kata tersebut Dalam artian
ketika target pembangunan 2017 salah satunya memperkecil gini rasio atau
ketimpangan sosial, masyarakat dapat memulai dengan UMKM dengan harapan adanya
penyerapan tenaga kerja, dan meminimalisir angka kemiskinan. "Tawaran-tawaran
insentif yang diwacanakan masih ditanggapi dingin dari para pengusaha, tidak
ada efek 'wow', artinya tidak banyak memengaruhi psikologis pasar," kata
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF)
Enny Sri Hartati pada Rabu (9/9). Karna masih tida tampak dari belum
bergeliatnya pasar di situasi ekonomi lesu. Padahal, penting bagi pemerintah
menjaga ekspektasi dan psikologis positif di pasar. Inilah akibat porsi
insentif ekonomi jangka pendek terbatas sedangkan yang jangka menengah dan
panjang terus dihembuskan. Disamping itu hal yang tidak boleh dilupakan
insentif jangka pendek, di antaranya pemerintah harus menjaga agar daya beli
masyarakat terkatrol dan masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak
menggerayangi masyarakat. Ini berkaitan dengan penjagaan pemerintah dalam
stabilisasi harga pangan dan kebutuhan harian masyarakat. Di samping,
perusahaan kecil dan menengah harus dijaga agar tidak kolaps. "Ancaman PHK
sangat banyak, angkanya sudah hampir 300 ribu pekerja," ujarnya.Untuk
merespons kondisi perekonomian global dan dalam negeri. Paket Kebijakan
September I ini diharapkan mampu memberikan sentimen positif ke pada pasar dan
masyarakat.
RAFID ADHI PRAMANA
155020101111023/ EP
PEREKONOMIAN INDONESIA/ AE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar